Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Minggu, 14 Juli 2013

UPACARA ADAT MANDAILING


Upacara Adat saat ini yang sering
dilakukan masyarakat mandailing
adalah:
(1) Upacara Adat Siriaon/Horja
Haroan Boru/Pabuat Boru (Upacara
Adat Perkawinan),
(2) Upacara Adat Siluluton/
Mambulungi (Upacara Adat Kematian)
dan
(3) Horja Siulaon (Upacara Adat
Berkarya).
Setiap masyarakat mandailing yang
sudah berumah tangga otomatis
menjadi anggota dalam melaksanakan
dalihan na tolu serta bertanggung
jawab menyelesaikan upacara adat
siriaon dan upacara adat siluluton di
tengah-tengah masyarakat adat
tersebut.
Sebelum acara adat dimulai, maka ada
perencanaan kegiatan yang namanya
horja (pekerjaan) yang
berhubungan dengan hal urusan adat
diperlukan suatu kata sepakat. Hasil
kesepakatan/ musyawarah adat
tersebut namanya domu ni tahi.
Ada 3 (tiga) Tingkatan Horja yang juga
menentukan siapa-siapa yang harus
hadir di paradatan tersebut, yaitu:
1. Horja dengan landasannya memotong
ayam.
Horja ini yang diundang hanya
kaum kerabat terdekatnya dan
undangannya  cukup dengan hanya
pemberitahuan biasa saja.
2. Horja dengan landasannya memotong
kambing.
Horja ini biasanya disebut dalam
paradatan, yaitu: pangkupangi.
Yang diundang selain dari dalihan
na tolu, juga ikut serta namora
natoras di huta tersebut Raja
Pamusuk.
3. Horja dengan landasannya memotong
kerbau.
Horja ini dimana semua unsur-
unsur (lembaga-lembaga) adat
diundang, baik yang ada di huta
tersebut maupun yang ada di luar
huta, seperti Raja-Raja Torbing
Balok, Raja-Raja dari desa na
walu dan Raja Panusunan.
Makna dan filosofi Horja adalah
menunjukkan rasa syukur kepada Allah
SWT, melaksanakan, memelihara,
mengembangkan dan melestarikan
seluruh nilai-nilai leluhur yang sudah
berumur ratusan tahun, rasa
kebersamaan, rasa tolong-menolong,
rasa kegotongroyongan, saling
menghargai, saling menghormati dan
juga memberi manfaat kepada
masyarakat.
Horja Siriaon (Upacara Adat
Perkawinan).
Dalam adat istiadat perkawinan di
masyarakat Mandailing dikenal dengan
nama perkawinan manjujur, bersifat
eksogami patriarchat; artinya dimana
setelah perkawinan pihak wanita
meninggalkan clannya dan masuk ke
clan suaminya dan suaminya menjadi
kepala keluarga dan anak-anak yang
dilahirkan dari perkawinan itu akan
mengikuti clan (marga) Bapaknya.
Idealnya perkawinan adat masyarakat
Mandailing adalah antara anak
namboru dengan boru tulangnya.
Jujur maksudnya untuk menjaga
keseimbangan dari pihak keluarga
wanita atas hilangnya seorang anggota
keluarganya yang masuk menjadi
anggota keluarga suami. Pada dasarnya
benda yang akan diberikan sebagai
Jujur adalah berupa Sere atau mas
kawin dan istilah menyerahkan Uang
Jujur itu disebut Manulak Sere yang
berarti untuk masa sekarang sebagai
bantuan untuk melengkapi keperluan
pihak gadis untuk barang bawaannya
ataupun untuk tambahan biaya pesta.
Dalam proses Manulak Sere maka pihak
laki-laki membawa Batang Boban yang
telah disepakati sebelumnya kerumah
pihak perempuan.
Pelestarian Horja Mambulungi/ Horja
Siluluton  (Upacara Adat Kematian).
Didalam adat istiadat Mandailing,
seorang yang pada waktu perkawinannya
dilaksanakan dengan upacara adat
perkawinan, maka pada saat
meninggalnya juga harus dilakukan
dengan upacara adat kematian terutama
dari garis keturunan Raja-Raja
Mandailing. Seorang anak keturunan
Raja, apabila ayahnya meninggal dunia
wajib mengadati (Horja Mambulungi).
Jika belum mengadati seorang anak atau
keluarganya tetap menjadi kewajiban /
utang adat bagi keluarga yang disebut
mandali di paradaton dan jika ada
yang akan menikah, tidak dibenarkan
mengadakan pesta adat perkawinanan
(horja siriaon).
Pelaksanaan Upacara Adat Kematian
dilaksanakan:
1. Pada saat penguburan.
2. Pada hari lain yang akan ditentukanm
kemudian sesuai dengan kesempatan
dan kemampuan keluarganya.
Jika dalam Horja Siriaon bendera-
bendera adat yang dipasang di
halaman menghadap keluar, maka
pada horja siluluton bendera-bendera
adat dibalik menghadap kerumah
sebagai tanda duka cita. Setelah
beberapa tahun wafatnya Partomuan
Lubis gelar Patuan Dolok III dan Suti
Nasution gelar Na Duma I, maka
diadakan upacara adat kematian
(Horja Mambulungi) di Tamiang untuk
mengucapkanbanyak terima kasih,
meminta maaf atas perbuatan yang
disengaja maupun tidak sengaja
kepada seluruh keturunan Baitang
dan masyarakat Mandailing.
Horja Siulaon (Upacara Adat Berkarya).
Horja Siulaon adalah upacara adat
memulai suatu bekerja (berkarya)
secara bersama-sama untuk
menyelesaikan suatu perkerjaan,
seperti: mendirikan rumah baru,
membuka sawah,dan lain-lain. Horja
Siulaon merupakan kearifan-kearifan
lokal (local genius) pada dasarnya
dapat dipandang sebagai landasan bagi
pembentukan jati diri suku Bangsa
secara nasional. Kearifan-kearifan lokal
itulah yang membuat budaya lokal
memiliki akar. Budaya etnik lokal
seringkali berfungsi sebagai sumber
atau acuan sebagai sumber atau acuan
bagi penciptaan-penciptaan baru. Pada
dasarnya kearifan lokal yang dapat
dilihat dengan mata (tangible), seperti
obyek-obyek budaya, warisan budaya
bersejarah dan kegiatan keagamaan
dan kearifan lokal yang tidak dapat
dilihat oleh mata (intangible) yang
berupa nilai atau makna dari suatu
obyek atau kegiatan budaya.
Kearifan lokal Mandailing adalah segala
sesuatu yang dimiliki oleh masyarakat
Mandailing di daerah tertentu yang
merupakan ciri keaslian dan kekhasan
daerah tersebut tanpa adanya
pengaruh atau unsur campuran daerah
lainnya. Pengembangan kearifan lokal
suatu daerah akan mendorong rasa
kebanggaan akan budayanya dan
sekaligus bangga terhadap daerahnya
karena telah berperan serta dalam
menyumbang pembangunan budaya
bangsa. Kearifan lokal (horja siulaon)
dapat dijadikan jembatan yang
menghubungkan masa lalu dan masa
sekarang, generasi nenek moyang
dengan generasi sekarang, demi
menyiapkan masa depan dan generasi
mendatang. Pada gilirannya, kearifan
lokal dapat dijadikan semacam simpul
perekat dan pemersatu antargenerasi.
Tujuan utama melestarikan kearifan
lokal untuk menjamin keberlangsungan
dan keberadaan dari kearifan-kearifan
lokal agar generasi terdahulu, sekarang
dan yang akan datang memiliki hak dan
kesempatan yang sama untuk
menikmati kearifan lokal yang ada.
Sumber Referensi:
1. H. Mohamad Said, Soetan Koemala
Boelan (Flora), Raja, Pemimpin
Rakyat, Wartawan, Penentang
2. Nasution, H. Pandapotan, SH, Adat
Budaya Mandailing Dalam
Tantangan Zaman, Penerbit
Forkala Prov. Sumatera Utara, 2005

dikutip dari sini.

20 Mukjizat Puasa terhadap Kesehatan Manusia


Penulis: widodo
Berbagai
penelitian telah mengungkap
adanya mukjizat puasa ditinjau
dari perpekstif medis modern.
Dalam penelitian ilmiah, tidak
ditemukan efek merugikan dari
puasa Ramadhan pada jantung,
paru, hati, ginjal, mata, profil
endokrin, hematologi dan fungsi
neuropsikiatri.
Penelitian meta analisis atau
penelitian terhadap berbagai
Abstrak Terkait ini diperoleh dari
Medline dan jurnal lokal di
negara-negara Islam 1960-2009.
Seratus tiga belas artikel yang
memenuhi kriteria untuk
pemilihan kertas dikaji secara
mendalam untuk mengidentifikasi
rincian bahan terkait.
Hasilnya, terdapat manfaat luar
biasa dan tidak disangka
sebelumnya oleh para ilmuwan
tentang adanya mukjizat puasa
Ramadhan bagi kesehatan
manusia. Meskipun puasa
Ramadhan aman untuk semua
orang sehat dan beberapa kondisi
sakit tertentu, namun dalam
keadaan penyakit tertentu
seseorang harus berkonsultasi
dengan dokter dan mengikuti
rekomendasi ilmiah.
Bulan Ramadhan adalah bulan
yang paling dinanti oleh umat
muslim. Saat itu, dianggap
sebagai bulan yang penuh berkah
dan rahmah. Semua umat muslim
yang sehat dan sudah akil balik
diwajibkan untuk berpuasa
sebulan penuh. Meskipun untuk
sebagian orang ibadah puasa
cukup berat, tetapi terdapat
keistimewaan untuk mendapatkan
hikmah dari Allah berupa
kebahagian, pahala berlipat, dan
bahkan suatu muhjizat dalam
kesehatan.
Allah berjanji akan memberikan
berkah kepada orang yang
berpuasa. Seperti ditegaskan
sabda Nabi Muhammad SAW yang
diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan
Abu Nu'aim: "Berpuasalah maka
kamu akan sehat." Dengan
berpuasa, akan diperoleh manfaat
secara biopsikososial berupa
sehat jasmani, rohani dan sosial.
Rahasia kesehatan yang dijanjikan
dalam berpuasa inilah yang
menjadi daya tarik ilmuwan untuk
meneliti berbagai aspek
kesehatan puasa secara
psikobiologis, imunopatofisilogis
dan biomolekular.
Para pakar nutrisi dunia
mendefinisikan puasa atau
kelaparan (starvasi) sebagai
pantangan mengkonsumsi nutrisi
baik secara total atau sebagian
dalam jangka panjang atau jangka
pendek. Sedangkan konsep puasa
dalam Islam secara substansial
adalah menahan diri tidak makan,
minum dan berhubungan suami
istri mulai terbit fajar hingga
terbenam matahari dengan
disertai niat. Sehingga puasa
memiliki perbedaan dibandingkan
starvasi biasa.
Inilah 20 Mukizat Puasa
Terhadap Kesehatan Manusia
1. Keseimbangan anabolisme dan
katabolisme
Berbeda dengan kelaparan atau
starvasi dalam berbagai bentuk
dapat mengganggu kesehatan
tubuh. Namun sebaliknya, dalam
puasa ramadhan terjadi
keseimbangan anabolisme dan
katabolisme yang berakibat asam
amino dan berbagai zat lainnya
membantu peremajaan sel dan
komponennya memproduksi
glukosa darah dan mensuplai
asam amino dalam darah
sepanjang hari. Cadangan protein
yang cukup dalam hati karena
asupan nutrisi saat buka dan
sahur akan tetap dapat
menciptakan kondisi tubuh untuk
terus memproduksi protein
esensial lainnya seperti albumin,
globulin dan fibrinogen. Hal ini
tidak terjadi pada starvasi jangka
panjang, karena terjadi
penumpukan lemak dalam jumlah
besar, sehingga beresiko terjadi
sirosis hati. Sedangkan saat puasa
di bulan ramadhan, fungsi hati
masih aktif dan baik.
2. Tidak akan mengakibatkan
pengasaman dalam darah .
Kemudian juga berbeda dengan
starvasi, dalam puasa Islam
penelitian menunjukkan asam
amino teroksidasi dengan pelan
dan zat keton tidak meningkat
dalam darah sehingga tidak akan
mengakibatkan pengasaman
dalam darah.
3. Tidak berpengaruh pada sel
darah manusia
Dalam penelitian, saat puasa
tidak berpengaruh pada sel darah
manusia & tidak terdapat
perbedaan jumlah retikulosit,
volume sel darah merah serta
rata-rata konsentrasi hemoglobin
(MCH, MCHC) dibandingkan
dengan orang yang tidak
berpuasa.
4. Puasa pada penderita diabetes
tipe 2 tidak berpengaruh
Puasa ramadhan pada penderita
diabetes tipe 2 tidak berpengaruh
dan tidak terdapat perbedaan
protein gula, protein glikosilat
dan hemoglobin glikosilat. Namun
pada penderita diabetes tipe
tertentu sebaiknya harus
berkonsultasi dengan dokter bila
hendak berpuasa. Diantaranya
adalah penderita diabetes
dengan keton meningkat, sedang
hamil, usia anak atau komplikasi
lain seperti gagal ginjal dan
jantung.
5. Pengaruh pada Ibu hamil dan
menyusui
Terdapat sebuah penelitian puasa
pada ibu hamil, ibu menyusui,
dan kelompok tidak hamil dan
tidak menyusui di perkampungan
Afika Barat. Ternyata dalam
penelitian tersebut disimpulkan
tidak terdapat perbedaan kadar
glukosa serum, asam lemak bebas,
trigliserol, keton, beta hidroksi
butirat, alanin, insulin, glucagon
dan hormon tiroksin.
6. Pengaruh pada janin saat ibu
hami berpuasa
Penelitian di Departemen Obstetri
dan Ginekologi dari Gaziantep
University Hospital, terhadap 36
wanita sehat dengan kehamilan
tanpa komplikasi berturut-turut
dari 20 minggu atau lebih, yang
berpuasa selama bulan
Ramadhan untuk mengevaluasi
efek Ramadan pada janin,
pengukuran Doppler
ultrasonografi dalam peningkatan
diameter biparietal janin (BPD),
peningkatan panjang tulang paha
janin (FL), meningkatkan berat
badan diperkirakan janin (EFBW),
profil biofisik janin (BPP), indeks
cairan amnion (AFI), dan rasio
arteri umbilikalis sistol / diastol
(S / D) rasio.
Kortisol serum ibu, trigliserida,
kolesterol total, low-density
lipoprotein (LDL), high density
lipoprotein (HDL), very Low
density lipoprotein (VLDL), dan
LDL / HDL rasio juga dievaluasi
sebelum dan sesudah Ramadhan.
Hasil penelitian menunjukkan,
tidak ada perbedaan signifikan
yang ditemukan antara kedua
kelompok untuk usia janin, berat
badan ibu, perperkiraan kenaikan
berat badan janin (EFWG), BPP
janin, AFI, dan rasio arteri
umbilikalis S / D.
7. Penurunan glukosa dan berat
badan
Studi kohort dilakukan pada 81
mahasiswa Universitas Teheran of
Medical Sciences saat berpuasa.
Dilakukan evaluasi berat badan,
indeks massa tubuh (BMI),
glukosa, trigliserida (TG),
kolesterol, lipoprotein densitas
rendah (LDL), high density
lipoprotein (HDL), dan Very Low
density lipoprotein (VLDL),
sebelum dan sesudah Ramadhan.
Studi ini menunjukkan bahwa
puasa Ramadhan menyebabkan
penurunan glukosa dan berat
badan. Meskipun ada penurunan
yang signifikan dalam frekuensi
makan, peningkatan yang
signifikan dalam LDL dan
penurunan HDL tercatat pada
bulan Ramadhan. Tampaknya efek
puasa Ramadhan pada tingkat
lipid dalam darah mungkin
berkaitan erat dengan pola makan
gizi atau respon kelaparan
biokimia.
8. Pengaruh pada fungsi kelenjar
gondok
Ketika berpuasa ternyata juga
terbukti tidak berpengaruh pada
fungsi kelenjar gondok manusia.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan
kadar plasma tiroksin (TS),tiroksin
bebas, tironin triyodium dan
hormon perangsang gondok (TSH)
pada penderita laki-laki yang
berpuasa.
9. Pengaruh pada hormon
virgisteron
Sedangkan pada penelitian
hormon wanita tidak terjadi
gangguan pada hormon
virgisteron saat melaksanakan
puasa. Tetapi, 80% populasi
penelitian menunjukkan
penurunan hormon prolaktin.
Penelitian ini menunjukkan
harapan baru bagi penderita
infertilitas atau kemandulan
wanita yang disebabkan
peningkatan hormon prolaktin.
Sehingga saat puasa, wanita tetap
berpeluang besar untuk tetap
pada kondisi subur.
10. Bermanfaat Bagi Jantung
Beberapa penelitian menyebutkan
sebenarnya tidak terdapat
perbedaan yang mencolok saat
berpuasa dibandingkan saat tidak
berpuasa. Puasa Ramadhan tidak
mempengaruhi secara drastis
metabolisme lemak, karbohidrat
dan protein. Meskipun terjadi
peningkatan serum uria dan asam
urat sering terjadi saat terjadi
dehidrasi ringan saat puasa. Saat
berpuasa ternyata terjadi
peningkatan HDL dan apoprotein
alfa1. Penurunan LDL sendiri
ternyata sangat bermanfaat bagi
kesehatan jantung dan pembuluh
darah. Beberapa penelitian
"chronobiological" menunjukkan
saat puasa Ramadhan
berpengaruh terhadap ritme
penurunan distribusi sirkadian
dari suhu tubuh, hormon kortisol,
melatonin dan glisemia. Berbagai
perubahan yang meskipun ringan
tersebut tampaknya juga
berperan bagi peningkatan
kesehatan manusia.
11. Memperbaiki dan
merestorasi fungsi dan kinerja
sel
Saat puasa terjadi perubahan dan
konversi yang masif dalam asam
amino yang terakumulasi dari
makanan, sebelum didistribusikan
dalam tubuh terjadi format ulang.
Sehingga, memberikan
kesempatan tunas baru sel untuk
memperbaiki dan merestorasi
fungsi dan kinerjanya. Pola makan
saat puasa dapat mensuplai asam
lemak dan asam amino penting
saat makan sahur dan berbuka.
Sehingga terbentuk tunas-tunas
protein , lemak, fosfat, kolesterol
dan lainnya untuk membangun
sel baru dan membersihkan sel
lemak yang menggumpal di dalam
hati. Jumlah sel yang mati dalam
tubuh mencapai 125 juta
perdetik, namun yang lahir dan
meremaja lebih banyak lagi.
12. Sangat efektif meningkatkan
konsentrasi urin dalam ginjal
serta meningkatkan kekuatan
osmosis urin
Penghentian konsumsi air selama
puasa sangat efektif
meningkatkan konsentrasi urin
dalam ginjal serta meningkatkan
kekuatan osmosis urin hingga
mencapai 1000 sampai 12.000 ml
osmosis/kg air. Dalam keadaan
tertentu hal ini akan memberi
perlindungan terhadap fungsi
ginjal. Kekurangan air dalam
puasa ternyata dapat
meminimalkan volume air dalam
darah. Kondisi ini berakibat
memacu kinerja mekanisme lokal
pengatur pembuluh darah dan
menambah prostaglandin yang
pada akhirnya memacu fungsi dan
kerja sel darah merah.
13. Dalam keadaan puasa
ternyata dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh
Penelitian menunjukkan saat
puasa terjadi peningkatan limfosit
hingga sepuluh kali lipat. Kendati
keseluruhan sel darah putih tidak
berubah ternyata sel T mengalami
kenaikkan pesat. Pada penelitian
terbaru menunjukkan bahwa
terjadi penurunan kadar apo-
betta, menaikkan kadar apo-alfa1
dibandingkan sebelum puasa.
Kondisi tersebut dapat
menjauhkan serangan penyakit
jantung dan pembuluh darah.
14. Penurunan berbagai hormon
salah satu rahasia hidup jangka
panjang
Penelitian endokrinologi
menunjukkan bahwa pola makan
saat puasa yang bersifat rotatif
menjadi beban dalam asimilasi
makanan di dalam tubuh.
Keadaan ini mengakibatkan
penurunan pengeluaran hormon
sistem pencernaan dan insulin
dalam jumlah besar. Penurunan
berbagai hormon tersebut
merupakan salah satu rahasia
hidup jangka panjang.
15. Bermanfaat dalam
pembentukan sperma
Manfaat lain ditunjukan dalam
penelitian pada kesuburan laki-
laki. Dalam penelitian tersebut
dilakukan penelitian pada hormon
testoteron, prolaktin, lemotin, dan
hormon stimulating folikel (FSH),
Ternyata hasil akhir kesimpulan
penelitian tersebut puasa
bermanfaat dalam pembentukan
sperma melalui perubahan
hormon hipotalamus-pituatari
testicular dan pengaruh kedua
testis.
16. Bermanfaat untuk penderita
radang persendian (encok) atau
rematoid arthritis
Manfaat lain yang perlu
penelitian lebih jauh adalah
pengaruh puasa pada
membaiknya penderita radang
persendian (encok) atau rematoid
arthritis. Parameter yang diteliti
adalah fungsi sel penetral
(netrofil) dan progresifitas klinis
penderita. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa terdapat
korelasi antara membaiknya
radang sendi dan peningkatan
kemampuan sel penetral dalam
membasmi bakteri.
17. Memperbaiki hormon
testoteron dan performa seksual
Dalam sebuah jurnal endokrin
dan metabolisme dilaporkan
penelitian puasa dikaitkan
dengan hormon dan kemampuan
seksual laki-laki. Penelitian
tersebut mengamati kadar
hormon kejantanan (testoteron),
perangsang kantung (FSH) dan
lemotin (LH). Terjadi perubahan
kadar berbagai hormon tersebut
dalam tiap minggu. Dalam tahap
awal didapatkan penurunan
hormon testoteron yang berakibat
penurunan nafsu seksual tetapi
tidak menganggu jaringan
kesuburan. Namun hanya bersifat
sementara karena beberapa hari
setelah puasa hormon testoteron
dan performa seksual meningkat
pesat melebihi sebelumnya
18. Memperbaiki kondisi mental
secara bermakna
Seorang peneliti diMoskow
melakukan penelitian pada seribu
penderita kelainan mental
termasuk skizofrenia. Ternyata
dengan puasa sekitar 65%
terdapat perbaikan kondisi
mental yang bermakna. Berbagai
penelitian lainnya menunjukkan
ternyata puasa Ramadhan juga
mengurangi risiko kompilkasi
kegemukan, melindungi tubuh
dari batu ginjal, meredam gejolak
seksual kalangan muda dan
penyakit lainnya yang masih
banyak lagi.
19. Peningkatan komunikasi
psikososial baik dengan Allah
dan sesama manusia
Manfaat puasa bagi kehidupan
psikososial memegang peranan
penting dalam kesehatan
manusia. Dalam bulan puasa
terjadi peningkatan komunikasi
psikososial baik dengan Allah dan
sesama manusia. Hubungan
psikologis berupa komunikasi
dengan Allah akan meningkat
pesat, karena puasa adalah bulan
penuh berkah. Setiap doa dan
ibadah akan berpahala berlipat
kali dibandingkan biasanya.
Bertambahnya kualitas dan
kuantitas ibadah di bulan puasa
akan juga meningkatkan
komunikasi sosial dengan sesama
manusia baik keluarga, saudara
dan tetangga akan lebih sering.
Berbagai peningkatan ibadah
secara langsung akan
meningkatkan hubungan dengan
Pencipta dan sesamanya ini akan
membuat jiwa lebih aman, teduh,
senang, gembira, puas serta
bahagia.
20. Menurunkan adrenalin
Keadaan psikologis yang tenang,
teduh dan tidak dipenuhi rasa
amarah saat puasa ternyata dapat
menurunkan adrenalin. Saat
marah terjadi peningkatan jumlah
adrenalin sebesar 20-30 kali lipat.
Adrenalin akan memperkecil
kontraksi otot empedu,
menyempitkan pembuluh darah
perifer, meluaskan pembuluh
darah koroner, meningkatkan
tekanan darah arterial dan
menambah volume darah ke
jantung dan jumlah detak
jantung. Adrenalin juga
menambah pembentukan
kolesterol dari lemak protein
berkepadatan rendah. Berbagai
hal tersebut ternyata dapat
meningkatkan resiko penyakit
pembuluh darah, jantung dan
otak seperti jantung koroner,
stroke dan lainnya.
Berbagai kajian ilmiah melalui
penelitian medis telah
menunjukkan bahwa ternyata
puasa sebulan penuh saat bulan
ramadhan bermanfaat sangat luar
biasa bagi tubuh manusia.
Sebaliknya banyak penelitian
menunjukkan bahwa puasa
berbeda dengan starvasi biasa,
secara umum tidak akan
mengganggu tubuh manusia.
Dalam mencermati temuan ilmiah
tersebut akan lebih diyakini
bahwa berkah kesehatan yang
dijanjikan dalam berpuasa
ternyata bukan sekedar teori dan
opini. Manfaat puasa bagi
kesehatan sebagian telah terbukti
secara ilmiah. Wajar saja, bahwa
puasa adalah saat yang paling
dinantikan oleh kaum muslim
karena memang terbukti secara
ilmiah menjanjikan berkah dan
mukjizat dalam kesehatan
manusia.

dikutip dari kompas.com

Jumat, 12 Juli 2013

Asal Mula Danau Si Losung Dan Si Pinggan


Alkisah, pada zaman dahulu di daerah Silahan,
Tapanuli Utara, hiduplah sepasang suami-istri
yang memiliki dua orang anak laki-laki. Yang
sulung bernama Datu Dalu, sedangkan yang
bungsu bernama Sangmaima. Ayah mereka
adalah seorang ahli pengobatan dan jago
silat. Sang Ayah ingin kedua anaknya itu
mewarisi keahlian yang dimilikinya. Oleh
karena itu, ia sangat tekun mengajari mereka
cara meramu obat dan bermain silat sejak
masih kecil, hingga akhirnya mereka tumbuh
menjadi pemuda yang gagah dan pandai
mengobati berbagai macam penyakit.
Pada suatu hari, ayah dan ibu mereka pergi ke
hutan untuk mencari tumbuhan obat-obatan.
Akan tetapi saat hari sudah menjelang sore,
sepasang suami-istri itu belum juga kembali.
Akhirnya, Datu Dalu dan adiknya memutuskan
untuk mencari kedua orang tua mereka.
Sesampainya di hutan, mereka menemukan
kedua orang tua mereka telah tewas diterkam
harimau.
Dengan sekuat tenaga, kedua abang-adik itu
membopong orang tua mereka pulang ke
rumah. Usai acara penguburan, ketika hendak
membagi harta warisan yang ditinggalkan oleh
orang tua mereka, keduanya baru menyadari
bahwa orang tua mereka tidak memiliki harta
benda, kecuali sebuah tombak pusaka.
Menurut adat yang berlaku di daerah itu,
apabila orang tua meninggal, maka tombak
pusaka jatuh kepada anak sulung. Sesuai
hukum adat tersebut, tombak pusaka itu
diberikan kepada Datu Dalu, sebagai anak
sulung.
Pada suatu hari, Sangmaima ingin meminjam
tombak pusaka itu untuk berburu babi di
hutan. Ia pun meminta ijin kepada abangnya.
“Bang, bolehkah aku pinjam tombak pusaka
itu?”
“Untuk keperluan apa, Dik?”
“Aku ingin berburu babi hutan.”
“Aku bersedia meminjamkan tombak itu,
asalkan kamu sanggup menjaganya jangan
sampai hilang.”
“Baiklah, Bang! Aku akan merawat dan
menjaganya dengan baik.”
Setelah itu, berangkatlah Sangmaima ke
hutan. Sesampainya di hutan, ia pun melihat
seekor babi hutan yang sedang berjalan
melintas di depannya. Tanpa berpikir panjang,
dilemparkannya tombak pusaka itu ke arah
binatang itu. “Duggg…!!!” Tombak pusaka itu
tepat mengenai lambungnya. Sangmaima pun
sangat senang, karena dikiranya babi hutan itu
sudah roboh. Namun, apa yang terjadi?
Ternyata babi hutan itu melarikan diri masuk
ke dalam semak-semak.
“Wah, celaka! Tombak itu terbawa lari, aku
harus mengambilnya kembali,” gumam
Sangmaima dengan perasaan cemas.
Ia pun segera mengejar babi hutan itu, namun
pengejarannya sia-sia. Ia hanya menemukan
gagang tombaknya di semak-semak.
Sementara mata tombaknya masih melekat
pada lambung babi hutan yang melarikan diri
itu. Sangmaima mulai panik.
“Waduh, gawat! Abangku pasti akan marah
kepadaku jika mengetahui hal ini,” gumam
Sangmaima.
Namun, babi hutan itu sudah melarikan diri
masuk ke dalam hutan. Akhirnya, ia pun
memutuskan untuk kembali ke rumah dan
memberitahukan hal itu kepada Abangnya.
“Maaf, Bang! Aku tidak berhasil menjaga
tombak pusaka milik Abang. Tombak itu
terbawa lari oleh babi hutan,” lapor
Sangmaima.
“Aku tidak mau tahu itu! Yang jelas kamu
harus mengembalikan tombok itu, apa pun
caranya,” kata Datu Dalu kepada adiknya
dengan nada kesal.”
Baiklah, Bang! Hari ini juga aku akan
mencarinya,” jawab Sangmaima.
“Sudah, jangan banyak bicara! Cepat
berangkat!” perintah Datu Dalu.
Saat itu pula Sangmaima kembali ke hutan
untuk mencari babi hutan itu. Pencariannya
kali ini ia lakukan dengan sangat hati-hati. Ia
menelesuri jejak kaki babi hutan itu hingga ke
tengah hutan. Sesampainya di tengah hutan,
ia menemukan sebuah lubang besar yang
mirip seperti gua. Dengan hati-hati, ia
menyurusi lubang itu sampai ke dalam.
Alangkah terkejutnya Sangmaima, ternyata di
dalam lubang itu ia menemukan sebuah istana
yang sangat megah.
“Aduhai, indah sekali tempat ini,” ucap
Sangmaima dengan takjub.
“Tapi, siapa pula pemilik istana ini?” tanyanya
dalam hati.
Oleh karena penasaran, ia pun memberanikan
diri masuk lebih dalam lagi. Tak jauh di
depannya, terlihat seorang wanita cantik
sedang tergeletak merintih kesakitan di atas
pembaringannya. Ia kemudian
menghampirinya, dan tampaklah sebuah mata
tombak menempel di perut wanita cantik itu.
“Sepertinya mata tombak itu milik Abangku,”
kata Sangmaima dalam hati. Setelah itu, ia
pun menyapa wanita cantik itu.
“Hai, gadis cantik! Siapa kamu?” tanya
Sangmaima.
“Aku seorang putri raja yang berkuasa di
istana ini.”
“Kenapa mata tombak itu berada di perutmu?”
“Sebenarnya babi hutan yang kamu tombak itu
adalah penjelmaanku.”
“Maafkan aku, Putri! Sungguh aku tidak tahu
hal itu.”
“Tidak apalah, Tuan! Semuanya sudah
terlanjur. Kini aku hanya berharap Tuan bisa
menyembuhkan lukaku.”
Berbekal ilmu pengobatan yang diperoleh dari
ayahnya ketika masih hidup, Sangmaima
mampu mengobati luka wanita itu dengan
mudahnya. Setelah wanita itu sembuh dari
sakitnya, ia pun berpamitan untuk
mengembalikan mata tombak itu kepada
abangnya.
Abangnya sangat gembira, karena tombak
pusaka kesayangannya telah kembali ke
tangannya. Untuk mewujudkan kegembiraan
itu, ia pun mengadakan selamatan, yaitu pesta
adat secara besar-besaran. Namun sayangnya,
ia tidak mengundang adiknya, Sangmaima,
dalam pesta tersebut. Hal itu membuat
adiknya merasa tersinggung, sehingga adiknya
memutuskan untuk mengadakan pesta sendiri
di rumahnya dalam waktu yang bersamaan.
Untuk memeriahkan pestanya, ia mengadakan
pertunjukan dengan mendatangkan seorang
wanita yang dihiasi dengan berbagai bulu
burung, sehingga menyerupai seekor burung
Ernga. Pada saat pesta dilangsungkan, banyak
orang yang datang untuk melihat pertunjukkan
itu.
Sementara itu, pesta yang dilangsungkan di
rumah Datu Dalu sangat sepi oleh pengunjung.
Setelah mengetahui adiknya juga
melaksanakan pesta dan sangat ramai
pengunjungnya, ia pun bermaksud meminjam
pertunjukan itu untuk memikat para tamu agar
mau datang ke pestanya.
“Adikku! Bolehkah aku pinjam pertunjukanmu
itu?”
“Aku tidak keberatan meminjamkan
pertunjukan ini, asalkan Abang bisa menjaga
wanita burung Ernga ini jangan sampai
hilang.”
“Baiklah, Adikku! Aku akan menjaganya
dengan baik.”
Setelah pestanya selesai, Sangmaima segera
mengantar wanita burung Ernga itu ke rumah
abangnya, lalu berpamitan pulang. Namun, ia
tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan
menyelinap dan bersembunyi di langit-langit
rumah abangnya. Ia bermaksud menemui
wanita burung Ernga itu secara sembunyi-
sembunyi pada saat pesta abangnya selesai.
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pada
malam harinya, Sangmaima berhasil menemui
wanita itu dan berkata:
“Hai, Wanita burung Ernga! Besok pagi-pagi
sekali kau harus pergi dari sini tanpa
sepengetahuan abangku, sehingga ia mengira
kamu hilang.”
“Baiklah, Tuan!” jawab wanita itu.
Keesokan harinya, Datu Dalu sangat terkejut.
Wanita burung Ernga sudah tidak di kamarnya.
Ia pun mulai cemas, karena tidak berhasil
menjaga wanita burung Ernga itu. “Aduh,
Gawat! Adikku pasti akan marah jika
mengetahui hal ini,” gumam Datu Dalu.
Namun, belum ia mencarinya, tiba-tiba
adiknya sudah berada di depan rumahnya.
“Bang! Aku datang ingin membawa pulang
wanita burung Ernga itu.
Di mana dia?” tanya Sangmaima pura-pura
tidak tahu.
“Maaf Adikku! Aku telah lalai, tidak bisa
menjaganya. Tiba-tiba saja dia menghilang
dari kamarnya,” jawab Datu Dalu gugup.
“Abang harus menemukan burung itu,” seru
Sangmaima.
“Dik! Bagaimana jika aku ganti dengan uang?”
Datu Dalu menawarkan.
Sangmaima tidak bersedia menerima ganti
rugi dengan bentuk apapun. Akhirnya
pertengkaran pun terjadi, dan perkelahian
antara adik dan abang itu tidak terelakkan
lagi. Keduanya pun saling menyerang satu
sama lain dengan jurus yang sama, sehingga
perkelahian itu tampak seimbang, tidak ada
yang kalah dan menang.
Datu Dalu kemudian mengambil lesung lalu
dilemparkan ke arah adiknya. Namun sang
Adik berhasil menghindar, sehingga lesung itu
melayang tinggi dan jatuh di kampung
Sangmaima. Tanpa diduga, tempat jatuhnya
lesung itu tiba-tiba berubah menjadi sebuah
danau. Oleh masyarakat setempat, danau
tersebut diberi nama Danau Si Losung.
Sementara itu, Sangmaima ingin membalas
serangan abangnya. Ia pun mengambil piring
lalu dilemparkan ke arah abangnya. Datu Dalu
pun berhasil menghindar dari lemparan
adiknya, sehingga piring itu jatuh di kampung
Datu Dalu yang pada akhirnya juga menjadi
sebuah danau yang disebut dengan Danau Si
Pinggan.
Demikianlah cerita tentang asal-mula
terjadinya Danau Si Losung dan Danau Si
Pinggan di daerah Silahan, Kecamatan Lintong
Ni Huta, Kabupaten Tapanuli Utara.
Cerita di atas termasuk ke dalam cerita rakyat
teladan yang mengandung pesan-pesan moral.
Ada dua pesan moral yang dapat diambil
sebagai pelajaran, yaitu agar tidak bersifat
curang dan egois.
- sifat curang. Sifat ini tercermin pada sifat
Sangmaima yang telah menipu abangnya
dengan menyuruh wanita burung Ernga pergi
dari rumah abangnya secara sembunyi-
sembunyi, sehingga abangnya mengira wanita
burung Ernga itu hilang. Dengan demikian,
abangnya akan merasa bersalah kepadanya.
- sifat egois. Sifat ini tercermin pada perilaku
Sangmaima yang tidak mau memaafkan
abangnya dan tidak bersedia menerima ganti
rugi dalam bentuk apapun dari abangnya.
note: Ernga – kumbang hijau yang menyerupai
burung, yang sangat nyaring suaranya ketika
menjerit pada waktu maghrib.

Dikutip dari sini.

Kisah Mengharukan, Ulbah bin Zaid sang Faqir yang Dermawan Sahabat KIAT...


Ulbah bin Zaid adalah salah satu potret
sang faqir yang dermawan.
Lantas apa yang dapat dia infakkan?
Padahal tidak memiliki apa-apa.
Mengapa Allah mendengarkan doa-
doanya? Padahal tidak ikut andil dalam
berjihad.
Pasti dia memiliki keistimewaan.
Apa sih keistimewaannya?
Yuk kita simak kisahnya....
Ulbah bin Zaid adalah salah seorang sahabat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam dan
dia adalah salah satu potret kedermawanan si
faqir. Bagaimana si faqir dermawan? Ini
adalah hal yang luar biasa. Biasanya
kedermawanan berasal dari yang kaya. Ulbah
bin Zaid si faqir yang sangat dermawan.
Ketika itu musim paceklik sedang melanda
kota Madinah. Ekonomi kaum muslimin sedang
sulit. Musim panas sedang berada di puncak.
Angin musim itu juga membawa hawa panas.
Debu-debu beterbangan mengotori atap-atap
dan halaman rumah penduduk kota Madinah.
Kulit serasa diiris, mata perih seperti
diteteskan  air cuka pada luka. Bagi penduduk
Madinah musim panas seperti itu biasanya
mereka lebih memilih untuk istirahat di rumah
atau tinggal di kebun mereka sambil memetik
kurma muda yang memang lagi ranum-
ranumnya. Karena pohon kurma berbuah pada
musim panas.
Tahun itu bertepatan dengan Tahun
kesembilan Hijrah, satu bulan menjelang
Ramadhan. Bagi sahabat Rasulullah
perkembangan politik Islam di Madinah sangat
luar biasa karena dampak  dari pengiriman
surat-surat Rasulullah kepada semua Raja
yang dikenal oleh bangsa Arab yang
menambah panas keadaan baginya. Karena
kalangan sahabat sudah tersebar berita akan
persiapan bala tentara Romawi sebagai
negara yang terbesar saat itu. Sebagai tindak
lanjut dari Perang Mut’ah yang sangat terkenal
itu, Romawi tidak puas dengan hasil yang
mereka diperoleh pada peperangan tersebut
apalagi dia adalah peperangan Arab melawan
Romawi yaitu yang kita kenal dengan Perang
Tabuk. Di sinilah kisah Ulbah bin Zaid. Dia
diselipkan oleh sejarah di dalam sejarah
perang Tabuk. Peperangan bagi orang Arab
pertama kali melawan Romawi.
Kali ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa
Sallam mengabarkan kepada para sahabat
tentang tujuan dan rencana untuk
melaksanakan peperangan di daerah Tabuk,
sebuah daerah yang sangat jauh bagi bangsa
Arab pada saat itu. Mendengar adanya seruan
jihad ini maka kaum muslimin berbondong-
bondong datang memenuhi kota Madinah dari
seluruh pelosok negeri. Bagaimana pula
mereka tidak berjihad di jalan Allah sedangkan
Gerbang Syurga yang seluas langit dan bumi
akan dibukakan untuknya. Rasulullah mengajak
para dermawan untuk menginfakkan harta
mereka guna bekal bagi pasukan yang akan
berangkat menuju medan perang. Peristiwa ini
dikenal dengan Jaisyul ‘Usroh.
Ulbah bin Zaid adalah dari suku Anshor dari
kabilah Aus, adalah seorang yang fakir dan
tidak memiliki harta benda untuk diinfakkan
guna mendukung pasukan yang akan pergi
berperang. Ia hanya dapat menyaksikan
kesibukan kaum muslimin dalam
mempersiapkan kelengkapan perang. Semua
orang telah melengkapi dirinya dengan
perlengkapan perang seperti baju besi,
pedang, panah, tombak, unta, kuda dan lain
lain. Ia menyaksikan semua itu dengan
kesedihan yang mendalam, karena  ia tidak
memiliki uang sepeserpun untuk membeli
peralatan perang tersebut.
Pagi itu, setelah sholat subuh, ia mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
bersabda : “Barang siapa yang mempersiapkan
Jaisyul ‘Usroh, untuknya surga”. Panas dingin
rasa badannya mendengar sabda Nabi itu,
apalagi dalam peperangan ini Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam tidak menerima
mujahid kecuali mereka yang memiliki
kendaraan dan kelengkapan perang.
Ulbah juga melihat ketika Rasulullah duduk di
Kota Madinah di Masjid Nabawi. Ulbah meliha
Rasulullah duduk dikelilingi para sahabat.
Tiba-tiba Abu Bakar datang sambil membawa
uang sebanyak 4000 dirham, lalu beliau
serahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Wa Sallam guna keperluan perang. Melihat
uang sebanyak itu  maka Rasulullah bertanya
kepada Abu Bakar : “Apa yang engkau sisakan
kepada keluargamu?” Abu Bakar menjawab :
“Aku tinggalkan Allah beserta  RasulNya”.
Untuk itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa
Sallam berkata: “Tidak ada harta yang
bermanfaat bagiku seperti harta Abu Bakar.”
Umar datang dengan membawa setengah
hartanya. Usman membawa 1000 dinar dan
menyerahkannya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam. Lalu Beliau
mengaduk aduknya seraya berkata : “Tidak ada
yang membahayakan Usman dengan apa yang
dia perbuat setelah ini.” Abdurrahman bin auf
membawa 200 uqiyah perak, dan disusul oleh
para sahabat yang lain masing masing dengan
membawa hartanya.
Para sahabat yang bukan dari golongan
berada juga datang berinfak dengan apa yang
mereka miliki. Ashim bin Adi membawa 90
wasaq dari kurma kebunnya, sebagian lagi ada
yang membawa dua mud bahkan ada yang
hanya satu mud (sebanyak dua telapak tangan
orang dewasa). Semua kaum muslimin datang
berinfak, kecuali para munafiqin.
Melihat hal itu, pulanglah Ulbah dengan
membawa kesedihannya. Sampai larut malam
ia tidak bisa tidur memikirkan dirinya yang
tidak dapat berinfak dan membeli peralatan
perang seperti para sahabat lakukan. Dia
hanya mebolak-balikkan badannya di atas
tikarnya yang lusuh. Selintas timbul dalam
fikirannya untuk mengurangi kegundahan hati.
Maka ia pun berwudhu lalu melaksanakan
sholat. Kemudian ia pun menangis,
menumpahkan semua kesedihannya kepada
Dzat yang memiliki isi langit dan bumi. Lalu ia
berdoa sambil mengangkat kedua tangannya: “
Ya Allah, Engkau memerintahkan berjihad,
sedangkan Engkau tidak memberikan aku
sesuatu yang dapat aku bawa berjihad
bersama RasulMu, dan Engkau tidak
memberikan di tangan RasulMu sesuatu yang
dapat membawaku berangkat. Maka
saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah
bersedekah kepada setiap muslim dari semua
perbuatan zholim mereka terhadap diriku dari
perkara harta, raga atau kehormatan.”
Doa itu ia ucapkan berulang ulang kali seakan
akan ia berkata : “Ya Allah, tidak ada yang
dapat aku infakkan sebagaimana yang lainnya
telah berinfak. Seandainya aku memiliki
seperti yang mereka punya, aku akan lakukan
untukMu, demi jihad di jalanMu. Yang aku
punya hanya kehormatan, kalau Engkau bisa
menerimanya, maka saksikanlah bahwa semua
kehormatanku telah aku sedekahkan malam ini
untukMu!”.
Subhanallah, alangkah jernihnya doa tersebut
keluar dari seseorang yang tidak punya;
sebuah kedermawanan dari mereka yang
disebut papa.
Pagi harinya, ia mengikuti sholat subuh
berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wa Sallam. Telah ia lupakan air mata
yang telah tertumpah di atas sajadah tadi
malam. Tetapi Allah tidak menyia-nyiakannya,
Dia khabarkan semua cerita tsb kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
melalui perantaraan Jibril.
Selesai sholat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Wa Sallam bersabda: “Siapa yang tadi malam
telah bersedekah? Hendaklah ia berdiri.”
Tidak ada seorangpun dari para sahabat yang
berdiri, dan Ulbah pun tidak merasa bahwa ia
telah bersedekah.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
mendekatinya dan berkata: “Bergembiralah
Ulbah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad
berada di tanganNya, sesungguhnya
sedekahmu tadi malam telah ditetapkan
sebagai sedekah yang diterima.”
Alangkah bahagianya Ulbah, doa yang ia
panjatkan tadi malam sebenarnya adalah
upaya dan usaha dari orang miskin yang tidak
punya harta. Kiranya Allah mendengar rintihan
dan jeritannya.
Semoga Allah merahmati Ulbah bin Zaid,
dengannya kita belajar bahwa tidak selamanya
memberi harus dengan materi. Disini kita
dapat pelajaran bahwa dengan keterbatasan
yang Allah berikan kita juga dapat berbuat
untuk Islam. Ulbah bin Zaid bisa berbuat dan
didengar oleh Allah, maka berbuatlah untuk
Islam. Jadikanlah Ulbah bin Zaid ini Uswah
(teladan). Bukankah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam dalam banyak riwayat
mengatakan: “ Tasbih adalah sedekah, senyum
adalah sedekah, hingga suapan makanan ke
mulut istri adalah sedekah, bahkan
berhubungan badan dengan istri agar menjaga
kehormatannya adalah sedekah.”
Permasalahannya apakah sedekah-sedekah
yang seluas dan sebanyak itu diterima oleh-
Nya?
Sudahkah kita niatkan semua pekerjaan kita
untuk sedekah?
Sudahkah kita usahakan ikhlas dalamnya?
Jawabannya tentu ada pada diri kita masing-
masing.
Sumber: Ceramah Ust. Armen Halim Naro.

Ribuan Malaikat Mendoakan Orang Yang Di Caci Maki (Kisah Sahabat Rasul)


Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar
Ash-Shidiq. Ketika bercengkrama dengan
Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab
Badui menemui Abu Bakar dan langsung
mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor
keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar
tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan
perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal
ini, Rasulullah tersenyum.
Kemudian, orang Arab Badui itu kembali
memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan
hinaannya lebih kasar. Namun, dengan
keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu
Bakar tetap membiarkan orang tersebut.
Rasulullah kembali memberikan senyum.
Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut.
Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar
dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali
ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa
nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan
amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab
Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah
perang mulut. Seketika itu, Rasulullah
beranjak dari tempat duduknya. Ia
meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan
salam.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar
tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya
Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah.
Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai
Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam
kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat
kesalahan, jelaskan kesalahanku!”
Rasulullah menjawab, “Sewaktu ada seorang
Arab Badui datang dengan membawa
kemarahan serta fitnaan lalu mencelamu,
kulihat tenang, diam dan engkau tidak
membalas, aku bangga melihat engkau orang
yang kuat mengahadapi tantangan,
menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian,
dan aku tersenyum karena ribuan malaikat di
sekelilingmu mendoakan dan memohonkan
ampun kepadamu, kepada Allah SWT.”
Begitu pun yang kedua kali, ketika ia
mencelamu dan engkau tetap membiarkannya,
maka para malaikat semakin bertambah
banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku
tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia
mencelamu dan engkau menanggapinya, dan
engkau membalasnya, maka seluruh malaikat
pergi meninggalkanmu.
Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku
tidak ingin berdekatan dengan kamu aku tidak
ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak
memberikan salam kepadanya.
Setelah itu menangislah abu bakar ketika
diberitahu tentang rahasia kesabaran bahwa
itu adalah kemuliaan yang terselubung.

Dikutip dari sini.

SALIM, MAULA ABU HUDZAIFAH RADHIYALLAHU ‘ANHU ( Sebaik-baik Pemikul Al-Quran )


Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berpesan kepada para shahabatnya,
katanya: “Ambillah olehmu al-Quran itu dari
empat orang, yaitu: Abdullah bin Mas’ud,
Salim maula Abu Hudzaifah, Ubai bin Ka’ab
dan Mu’adz bin Jabal … !”
Dulu kita telah mengenal Ibnu Mas’ud, Ubai
dan Mu’adz!
Maka siapakah kiranya shahabat yang
keempat yang dijadikan Rasul shallallahu
‘alaihi wasallam sebagai andalan dan tempat
bertanya dalam mengajarkan al-Qur’an …?
Ia adalah Salim radhiyallahu ‘anhu, maula Abu
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu ….Pada mulanya
ia hanyalah seorang budak belian, dan
kemudian Islam memperbaiki kedudukannya,
hingga diambil sebagai anak angkat oleh salah
seorang pemimpin Islam terkemuka, yang
sebelum masuk Islam juga adalah seorang
bangsawan Quraisy dan salah seorang
pemimpinnya….
Dan tatkala Islam menghapus adat kebiasaan
memungut anak angkat, Salim radhiyallahu
‘anhu-pun menjadi saudara, teman sejawat
serta maula (= hamba yang telah
dimerdekakan) bagi orang yang memungutnya
sebagai anak tadi, yaitu shahabat yang mulia
bernama Abu Hudzaifah bin ‘Utbah
radhiyallahu ‘anhu. Dan berkat karunia dan
ni’mat dari Allah Ta’ala, Salim radhiyallahu
‘anhu mencapai kedud;kan tinggi dan
terhormat di kalangan Muslimin, yang
dipersiapkan baginya oleh keutamaan
jiwanya,serta perangai dan ketaqwaannya ….
Shahabat Rasul yang mulia ini disebut “Salim
radhiyallahu ‘anhu maula Abu Hudzaifah
radhiyallahu ‘anhu”, ialah karena dulunya ia
seorang budak belian dan kemudian
dibebaskan! Dan ia beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya tanpa menunggu lama …, dan
mengambil tempatnya di antara orang-orang
Islam angkatan pertama.
Mengenai Hudzaifah bin ‘Utbah radhiyallahu
‘anhu, ia adalah salah seorang yang juga lebih
awal dan bersegera masuk Islam dengan
meninggalkan bapaknya ‘Utbah bin Rabi’ah
menelan amarah dan kekecewaan yang
mengeruhkan ketenangan hidupnya,
disebabkan keislaman puteranya itu.
Hudzaifah adalah seorang yang terpandang di
kalangan kaumnya, sementara bapaknya
mempersiapkannya untuk menjadi pemimpin
Quraisy ….
Bapak dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu inilah
yang setelah terang-terangan masuk Islam
mengambil Salim radhiyallahu ‘anhu sebagai
anak angkat, yakni setelah ia dibebaskannya,
hingga mulai saat itu ia dipanggilnya “Salim
bin Abi Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu” Dan
kedua orang itu pun beribadah kepada Allah
dengan hati yang tunduk dan terpusat, serta
menahan penganiayaan Quraisy dan tipu
muslihat mereka dengan hati yang shabar
tiada terkira ….
Pada suatu hari turunlah ayat yang
membathalkan kebiasaan mengambil anak
angkat. Dan setiap anak angkat pun kembali
menyandang nama bapaknya yang
sesungguhnya, yakni yang telah menyebabkan
lahirnya dan mengasuhnya. Umpamanya Zaid
bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu yang diambil
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai
anak angkat dan dikenal oleh Kaum Muslimin
sebagai Zaid bin Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, kembali menyandang nama
bapaknya Haritsah, hingga namanya menjadi
Zaid bin Haritsah. Tetapi Salim radhiyallahu
‘anhu tidak dikenal siapa bapaknya, maka ia
menghubungkan diri kepada orang yang telah
membebaskannya hingga dipanggilkan Salim
maula Abu Hudzaifah radhiyallahu ‘anhuma ….
Mungkin ketika menghapus kebiasaan
memungut memberi nama anak angkat
dengan nama orang yang mengangkatnya,
Islam hanya hendak mengatakan kepada
Kaum muslimin: “Janganlah kalian mencari
hubungan kekeluargaan dan silaturrahmi
dengan orang-orang diluar Islam sehingga
‘persaudaraan kalian lebih kuat dengan
sesama Islam sendiri dan se-’aqidah yang
menjadikan kalian beusaudara … !
Hal ini telah difa hami sebaik-baiknya oleh
Kaum Muslimin angkatan pertama. Tak ada
suatu pun yang lebih mereka cintai setelah
Allah dan Rasul-Nya, dari saudara-saudara
mereka se-Tuhan Allah dan se-Agama Islam!
Dan telah kita saksikan bagaimana orang-
orang Anshar itu menyambut saudara-saudara
mereka orang Muhajirin, hingga mereka
membagi tempat kediaman dan segala yang
mereka miliki kepada Muhajirin … !
Dan inilah yang kita saksikan terjadi antara
Abu Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu bangsawan
Quraisy dengan Salim radhiyallahu ‘anhu yang
berasal dari budak belian yang tidak diketahui
siapa bapaknya itu. Sampai akhir hayat
mereka, kedua orang itu lebih dari bersaudara
kandung, ketika menemui ajal, mereka
meninggal bersama-sama, nyawa melayang
bersama nyawa, dan tubuh yang satu
terbaring di samping tubuh yang lain… !
Itulah dia keistimewaan luar biasa dari Islam,
bahkan itulah salah satu kebesaran dan
keutamaannya… !
Salim radhiyallahu ‘anhu telah beriman
sebenar-benar iman, dan menempuh jalan
menuju Ilahi bersama-sama orang-orang yang
taqwa dan budiman. Baik bangsa maupun
kedudukannya dalam masyarakat tidak
menjadi persoalan lagi. Karena berkat
ketaqwaan dan keikhlasannya, ia telah
meningkat ke taraf yang tinggi dalam
kehidupan masyarakat baru yang sengaja
hendak dibangkitkan dan ditegakkan oleh
Agama Islam berdasarkan prinsip baru yang
adil dan luhur.
Prinsip itu tersimpul dalam ayat mulia berikut
ini: -
“Sesungguhnya orang yang termulia di
antara kalian di sisi Allah ialah yang
paling taqwa … !” (Q.S. 49 al-Hujurat: 13)
Dan menurut Hadits: “Tiada kelebihan bagi
seorang bangsa Arab atas selain bangsa
Arab kecuali taqwa, dan tidak ada
kelebihan bagi seorang keturunan kulit
putih atas seorang keturunan kulit hitam
kecuali taqwa “.
Pada masyarakat baru yang maju ini, Abu
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu merasa dirinya
terhormat, bila menjadi wali dari seseorang
yang dulunya menjadi budak beliannya.
Bahkan dianggapnya suatu kemuliaan bagi
keluarganya, mengawinkan Salim radhiyallahu
‘anhu dengan kemenakannya Fatimah binti
Walid bin ‘Utbah …. !
Dan pada masyarakat baru yang maju ini, yang
telah menghancurkan kefeodalan dan
kehidupan berkasta-kasta, serta menghapus
rasialisme dan diskriminasi, maka dengan
kebenaran dan kejujurannya, keimanan dan
amal baktinya, Salim radhiyallahu ‘anhu
menempatkan dirinya selalu dalam barisan
pertama.
Benar …, ialah yang menjadi imam bagi orang-
orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah
setiap shalat mereka di mesjid Quba’. Dan ia
menjadi andalan tempat bertanya tentang
Kitabullah ( al-Qur’an ), hingga Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh Kaum
Muslimin belajar daripadanya. Ia banyak
berbuat kebaikan dan memiliki keunggulan
yang menyebabkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Segala
puji bagi Allah yang menjadikan dalam
golonganku, seseorang seperti kamu … !”
Bahkan kawan-kawannya sesama orang
beriman menyebutnya: “Salim radhiyallahu
‘anhu salah seorang dari Kaum Shalihin”
Riwayat hidup Salim radhiyallahu ‘anhu seperti
riwayat hidup Bilal radhiyallahu ‘anhu, riwayat
hidup sepuluh shahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ahli ibadah dan riwayat hidup
para shahabat lainnya yang sebelum
memasuki Islam hidup sebagai budak belian
yang hina dina lagi papa. Diangkat oleh Islam
dengan mendapat kesempurnaan petunjuk,
sehingga ia menjadi penuntun ummat ke jalan
yang benar, menjadi tokoh penentang
kedhaliman, ia juga adalah kesatria di medan
laga.
Pada Salim radhiyallahu ‘anhu terhimpun
keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam
Agama Islam. Keutamaan-keutamaan itu
berkumpul pada diri dan sekitarnya,
sementara keimanannya yang mendalam
mengatur semua itu menjadi suatu susunan
yang amat indah.
Kelebihannya yang paling menonjol ialah
mengemukakan apa yang dianggapnya benar
secara terus terang. Ia tidak menutup mulut
terhadap suatu kalimat yang seharusnya
diucapkannya, dan ia tak hendak mengkhianati
hidupnya dengan berdiam diri terhadap
kesalahan yang menekan jiwanya … !
Setelah kota Mekah dibebaskan oleh Kaum
Muslimin, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengirimkan beberapa rombongan
ke kampung-kampung dan suku-suku Arab
sekeliling Mekah, dan menyampaikan kepada
penduduknya bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sengaja mengirim mereka itu
untuk berda’wah bukan untuk berperang. Dan
sebagai pemimpin dari salah satu pasukan
ialah Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu.
Ketika Khalid radhiyallahu ‘anhu sampai di
tempat yang dituju, terjadilah suatu peristiwa
yang menyebabkannya terpaksa mengunakan
senjata dan menumpahkan darah. Sewaktu
peristiwa ini sampai kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau memohon ampun
kepada Tuhannya amat lama sekali sambil
katanya: “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-
Mu dari apa yang dilakukan oleh Khalid … !”
Juga peristiwa tersebut tak dapat dilupakan
oleh Umar radhiyallahu ‘anhu, ia pun
mengambil perhatian khusus terhadap pribadi
Khalid katanya: “Sesungguhnya pedang Khalid
terlalu tajam … !”
Dalam ekspedisi yang dipimpin oleh Khalid
radhiyallahu ‘anhu ini ikut Salim radhiyallahu
‘anhu maula Abu Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu
serta shahabat-shahabat lainnya Dan demi
melihat perbuatan Khalid tadi, Salim
radhiyallahu ‘anhu menegurnya dengan sengit
dan menjelaskan kesalahan-kesalahan yang
telah dilakukannya. Sementara Khalid,
pahlawan besar di masa jahiliyah dan di
zaman Islam itu, mula-mula diam dan
mendengarkan apa yang dikemukakan
temannya itu kemudian membela dirinya,
akhirnya meningkat menjadi perdebatan yang
sengit. Tetapi Salim radhiyallahu ‘anhu tetap
berpegang pada pendiriannya dan
mengemukakannya tanpa takut-takut atau
bermanis mulut.
Ketika itu ia memandang Khalid bukan sebagai
salah seorang bangsawan Mekah, dan ia pun
tidak merendah diri karena dahulu ia seora~g
budak belian, tidak … ! Karena Islam telah
menyamakan mereka! Begitu pula ia tidaklah
memandangnya sebagai seorang panglima
yang kesalahan-kesalahannya harus dibiarkan
begitu saja …,tetapi ia memandang Khalid
sebagai serikat dan sekutunya dalam
kewajiban dan tanggung jawab … !
Serta ia menentang dan menyalahkan Khalid
itu bukanlah karena ambisi atau suatu maksud
tertentu, ia hanya melaksanakan nasihat yang
diakui haqnya dalam Islam, dan yang telah
lama didengarnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bahwa nasihat itu merupakan teras
dan tiang tengah Agama, sabdanya: Agama
itu ialah nasihat … ! “Agama itu ialah
nasihat … ! “Agama itu ialah nasihat … !
Dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mendengar perbuatan Khalid bin
Walid, beliau bertanya, katanya: “Adakah yang
menyanggahnya … ?
Alangkah agungnya pertanyaan itu, dan
alangkah mengharukan… ! Dan amarahnya
shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi surut,
ketika mereka mengatakan pada beliau: “Ada,
Salim radhiyallahu ‘anhu menegur dan
menyanggahnya … !’:
Salim radhiyallahu ‘anhu hidup mendampingi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
orang-orang beriman. Tidak pernah
ketinggalan dalam suatu peperangan
mempertahankan Agama, dan tak kehilangan
gairah dalam suatu ibadah. Sementara
persaudaraannya dengan Abu Hudzaifah
radhiyallahu ‘anhu, makin hari makin
bertambah erat dan kukuh jua! Saat itu
berpulanglah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ke rahmatullah. Dan khilafat Abu
Bakar radhiyallahu ‘anhu menghadapi
persekongkolan jahat dari orang-orang
murtad. Dan tibalah saatnya pertempuran
Yamamah ! Suatu peperangan sengit, yang
merupakan ujian terberat bagi Islam… !
Maka berangkatlah Kaum Muslimin untuk
berjuang. Tidak ketinggalan Salim radhiyallahu
‘anhu bersama Abu Hudzaifah radhiyallahu
‘anhu radhiyallahu ‘anhu saudara seagama.
Di awal peperangan, Kaum Muslimin tidak
bermaksud hendak menyerang. Tetapi setiap
Mu’min telah merasa bahwa peperangan ini
adalah peperangan yang menentukan,
sehingga segala akibatnya menjadi tanggung
jawab bersama!
Mereka dikumpulkan sekali lagi oleh Khalid bin
Walid radhiyallahu ‘anhu, yang kembali
menyusun barisan dengan cara dan strategi
yang mengagumkan. Kedua saudara, Abu
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu dan Salim
radhiyallahu ‘anhu berpelukan dan sama
berjanji siap mati syahid demi Agama yang
haq, yang akan mengantarkan mereka kepada
keberuntungan dunia dan akhirat. Lalu kedua
saudara itu pun menerjunkan diri ke dalam
kancah yang sedang bergejolak … !
Abu Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berseru
meneriakkan: “Hai pengikut-pengikut al-
Quran… ! Hiasilah al-Quran dengan amal-amal
kalian … !” Dan bagai angin puyuh, pedangnya
berkelibatan dan menghunjamkan tusukan-
tusukan kepada anak buah Musailamah…,
sementara Salim radhiyallahu ‘anhu berseru
pula, katanya: – “Amat buruk nasibku sebagai
pemikul tanggung jawab al-Quran, apabila
benteng Kaum Muslimin bobol karena
kelalaianku… !”
“Tidak mungkin demikian, wahai Salim
radhiyallahu ‘anhu… ! Bahkan engkau adalah
sebaik-baik pemikul al-Quran … !”ujar Abu
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu. Pedangnya
bagai menari-nari menebas dan menusuk
pundak orang-ouang murtad, yang bangkit
berontak hendak mengembalikan jahiliyah
Quraisy dan memadamkan cahaya Islam ….
Tiba-tiba salah sebuah pedang orang-orang
murtad itu menebas tangannya hingga putus
…, tangan yang dipergunakannya untuk
memanggul panji Muhajirin, setelah gugur
pemanggulnya yang pertama, ialah Zaid bin
Khatthab radhiyallahu ‘anhu. Tatkala tangan
kanannya itu buntung dan panji itu jatuh
segeralah dipungutnya dengan tangan kirinya
lalu terus-menerus diacungkannya tinggi-
tinggi sambil mengumandangkan ayat al-
Quran berikut ini:
Dan berapa banyak nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak
lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar. (QS. 3:146)
Wahai, suatu semboyan yang maha agung… !
Yakni semboyan yang dipilih Salim
radhiyallahu ‘anhu saat menghadapi ajalnya
… !
Sekelompok orang-orang murtad mengepung
dan menyerbunya, hingga pahlawan itu pun
rubuhlah …. Tetapi ruhnya belum juga keluar
dari tubuhnya yang suci, sampai pertempuran
itu berakhir dengan terbunuhnya Musailamah
si Pembohong dan menyerah kalahnya tentara
murtad serta menangnya tentara Muslimin ….
Dan ketika Kaum Muslimin mencari-cari korban
dan syuhada mereka, mereka temukan Salim
radhiyallahu ‘anhu dalam sekarat maut.
Sempat pula ia bertanya pada mereka:
“Bagaimana nasib Abu Hudzaifah radhiyallahu
‘anhu … ?”
“Ia telah menemui syahidnya”, ujar mereka.
“Baringkan daku di sampingnya…. “, katanya
pula.
“lni dia di sampingmu, wahai Salim
radhiyallahu ‘anhu … ! Ia telah menemui
syahidnya di tempat ini … !”
Mendengar jawaban itu tampaklah senyumnya
yang akhir …. Dan setelah itu ia tidak
berbicara lagi ….
Ia telah menemukan bersama saudaranya apa
yang mereka dambakan selama ini……
Mereka masuk Islam secara bersama. Hidup
secara bersama …. Dan kemudian mati syahid
secara bersama pula… !
Persamaan nasib yang amat….yang amat
indah … ! Maka pergilah menemui Tuhannya
…, seorang tokoh Mu’min meninggalkan nama,
dan mengenai dirinya sewaktu telah tiada lagi,
Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu pernah
berkata:
“Seandainya Salim radhiyallahu ‘anhu masih
hidup, pastilah ia menjadi penggantiku
nanti… !”
Mengharukan, dan suatu takdir.

Dikutip dari sini.

Kisah Sahabat Bilal, Adzan Terakhir Sahabat Bilal Bin Rabbah


Kisah Sahabat Bilal, Adzan Terakhir
Sahabat Bilal Bin Rabbah, berikut ini adalah
kisah yang sangat mengharukan dari shabat
Nabi Bilal bin Rabbh ra. Semoga kisah dan
artikel ini bermanfaat untuk para pembaca
setia Hikmah Kehidupan, selamat membaca.
ADZAN TERAKHIR SHAHABAT BILAL
Semua pasti tahu, bahwa pada masa Nabi,
setiap masuk waktu sholat, maka yang
mengkumandankan adzan
adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena
memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam
asal Afrika itu mempunyai suara emas yang
khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan
oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau
saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau
tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun
Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala
pada awal 11 Hijrah. Semenjak itulah Bilal
menyatakan diri tidak akan
mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah
Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi mu’adzin
kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal
berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja.
Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin
siapa-siapa lagi.”
Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun
bertanya: “Dahulu, ketika engkau
membebaskanku dari siksaan Umayyah bin
Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu
karena dirimu apa karena Allah?.” Abu Bakar
Ra. hanya terdiam. “Jika engkau
membebaskanku karena dirimu, maka aku
bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau
dulu membebaskanku karena Allah, maka
biarkan aku dengan keputusanku.” Dan Abu
Bakar Ra. pun tak bisa lagi mendesak Bilal Ra.
untuk kembali mengumandangkan adzan.
Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi Saw.,
terus mengendap di hati Bilal Ra. Dan
kesedihan itu yang mendorongnya
meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath
Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di
Homs, Syria. Lama Bilal Ra. tak mengunjungi
Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi
Saw. hadir dalam mimpi Bilal, dan
menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’?
Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku?
Kenapa sampai begini?.” Bilal pun bangun
terperanjat, segera dia mempersiapkan
perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada
Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan
Nabi.
Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan
melepas rasa rindunya pada Nabi Saw., pada
sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah
beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya
adalah cucunda Nabi Saw., Hasan dan Husein.
Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang
kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi
Saw. itu. Salah satu dari keduanya berkata
kepada Bilal Ra.: “Paman, maukah engkau
sekali saja mengumandangkan adzan buat
kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”
Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi
Khalifah juga sedang melihat pemandangan
mengharukan itu, dan beliau juga memohon
Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski
sekali saja.
Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat
waktu shalat tiba, dia naik pada tempat
dahulu biasa dia adzan pada
masa Nabi Saw. Masih hidup. Mulailah dia
mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu
Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak
seluruh Madinah senyap, segala aktifitas
terhenti, semua terkejut, suara
yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang
mengingatkan pada sosok nan agung, suara
yang begitu dirindukan, itu telah kembali.
Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa
ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah
berlarian ke arah suara itu sembari berteriak,
bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun
keluar.
Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu
anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah
pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat
memilukan. Semua menangis, teringat masa-
masa indah bersama Nabi. Umar bin Khattab
yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal
sendiri pun tak sanggup meneruskan
adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata
yang berderai. Hari itu, madinah mengenang
masa saat masih ada Nabi Saw. Tak ada
pribadi agung yang begitu dicintai seperti
Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa
dirampungkan itu, adalah adzan pertama
sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra. semenjak
Nabi Saw. wafat. Dia tak pernah bersedia lagi
mengumandangkan adzan. Sebab kesedihan
yang sangat segera mencabik-cabik hatinya
mengenang seseorang yang karenanya dirinya
derajatnya terangkat begitu tinggi. Semoga
kita dapat merasakan nikmatnya Rindu dan
Cinta seperti yang Allah karuniakan kepada
Sahabat Bilal bin Rabah Ra. Aamiin

Dikutip dari sini.

Senin, 08 Juli 2013

Tugu Kol di Berastagi

Jika kita pergi berkunjung ke daerah wisata beras tagi kita akan menemukan banyak hal-hal unik dan indah, salah satunya adalah tugu kol yang menjadi salah satu icon kota wisata ini. Selain daripada suhunya yang sejuk dan indah kita juga dapat menikmati wisata alam seperti:
Air terjun dua warna, memetik stroberi, gua, mendaki gunung leuser, gunung sibayak, danau lau kawar dan banyak lagi lokasi unik dan indah. Dan di Kec. Sibolangit kita akan menemukan Bumi Perkemahan Pramuka se Sumatera Utara yang kaya dengan pemandangan yang indah.

                                                                                                               Danau Lau Kawar




 Bumi Perkemahan Pramuka Sumatera Utara Sibolangit

Gunung Leuser

Menara Tirtanadi di Medan

Menara tirtanadi ini merupakan salah satu icon kota medan yang beriri di dekat salah satu lampu merah di kota medan, bentuk bangunannya yang unik menjadikan menara ini salah satu icon yang harus di kunjungi jika pergi ke kota Medan.


Danau Tao



Danau Tao

Danau tao ini terdapat di Desa Pangkal dolok Kecamatan Sayurmatinggi Kabupaten Tapanuli Selatan, danau tao ini bentuknya seperti paret yang luas dan memanjang, apabila musim penghujan maka air danau ini juga akan bertambah luas, danau ini dikelilingi perbukitan gundul yang hanya ditumbuhi ilalang dan tanaman balakka (tanaman khas daerah Padangbolak) dan di bukit-bukit sekitar danau ini masyarakat setempat beternak sapid dan kerbau. Bisa dibilang panorama danau ini sangat indah, di danau juga bisa dinikmati dengan menaiki rakit-rakit yang dibuat oleh masyarakat setempat dari bambu. Danau tao ini sangat banyak manfaatnya bagi warga desa karena rata-rata profesi masyarakat adalah berkebun dan beternak sapi yang biasanya dimandikan dipinggiran danau, di danau ini juga banyak ikan nya biasanya masyarakat menangkap ikan di sepanjang pinggiran danau dengan menggunakan pancing ataupun tembak ikan, ikannyapun bermacam-macam seperti: ikan gabus, lele, mujair dll. 
Masyarakat di sekitar danau tao ini sangat ramah-ramah sekali  kepada para pendatang, pada saat saya berbincang-bincang dengan para warga masyarakat Desa Pangkal dolok ini (istilah bataknya martarombo) ternyata masyarakat di desa ini hampir keseluruhan bermarga Harahap dan biasanya yang nikah harahap dengan harahap, selebihnya marga rambe dan lain sebagainya.
Di desa ini ada juga makam yang usianya sudah puluhan tahun (Bale Pondom haijuran Pulungan Harahap) katanya ini adalah makam salah satu leluhur perintis Desa Pangkal Dolok.

 Jalur akses ke danau ini bisa dikatakan mudah, jika kita memulai perjalanan dari kota Padangsidimpuan bisa menaiki bus sampai ke simpang Desa Pangkal dolok kira-kira 1jam atau sekitar 30km (ongkos Rp 10.000), dan dari simpang Desa menuju ke danau akan melewati jalan aspal disambung dengan jalan batu dan tanah sekitar 5 Km (tidak ada angkutan umum kecuali hari-hari tertentu).






TAPANULI NADEGES BLOGNYA ORANG TAPANULI

Masyarakat Tapanuli juga bisa berperan dalam mengirimkan berita tentang tapanuli, baik itu budaya, adat istiadat, peristiwa alam, perjalanan, maupun karya seni seperti photo video, cerpen dll. dapat dikirimkan ke email: tapanulinadeges@gmail.com http://tapanulinadeges.blogspot.com/2013/11/mari-kirimkan-karyamu-ke-tapanuli.html

Tapanuli Tanah yang kaya dan masyarakatnya beradat
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh