Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Rabu, 21 Agustus 2013

Sebutan Batak Menjadi Pemersatu Sub Batak

BATAK TOBA DAN TAPANULI
Batak Toba merupakan sub suku Batak.
Selain Batak Toba, sub suku Batak yaitu
Simalungun, Karo, Pakpak-Dairi dan
Mandailing-Angkola. Masing-masing sub-
suku mendiami wilayah tertentu, mempunyai
adat istiadat, tradisi, bahasa, aksara dan
kepercayaan dengan ciri tersendiri,
meskipun diantaranya terdapat persamaan
atau kemiripan satu sama lain.
Batak Toba mempunyai banyak persamaan
di dalam adat budaya maupun bahasa
dengan Batak Simalungun. Antara Batak
Toba dengan Batak Mandailing-Angkola
mempunyai banyak persamaan di dalam
bahasa. Yang tampak menonjol perbedaan
antara sub suku Batak adalah Batak Karo
dan Batak Pakpak.
Batak kadangkala disebut juga suku
Tapanuli, berdasarkan wilayah geografis
tempat tinggalnya, tetapi sekarang ini sudah
jarang dipergunakan. Apalagi dengan
pemekaran kabupaten Tapanuli menjadi
beberapa kabupaten tanpa nama “Tapanuli”
seperti Kabupaten Tobasa (Toba Samosir),
Humbahas (Humbang Hasundutan)
menyebabkan kebiasaan tersebut perlahan-
lahan memudar.
Tapanuli berasal dari kata “tapian” dan
“nauli”. “Tapian” artinya air dan “nauli”
artinya yang elok, indah, cantik. Tapanuli
adalah wilayah yang berada di sekitar Danau
Toba, memiliki banyak mata air, sungai dan
danau. Di tengah Danau Toba terdapat
Pulau Samosir dan di tengah Pulau Samosir
terdapat danau, bernama Danau Sidihoni.
Selanjutnya jika dikatakan Batak, maka
identik dengan Batak Toba. Dewasa ini sub
suku Batak lainnya lebih sering disebut
sebagai “orang” atau “suku” Simalungun,
Karo, Pakpak-Dairi atau Mandailing-Angkola
karena keunikan dan kekhasan masing-
masing. Tetapi ketika di perantauan atau
berada jauh dari lingkungan sukunya
beberapa di antaranya mengidentifikasi
sebagai Batak, dengan menyebut suku Batak
Karo, Batak Pakpak-Dairi atau Batak
Mandailing-Angkola kepada pihak lain.

dikutip dari sini.

Arti Dalihan Natolu bagi masyarakat Tapanuli

Dalihan Na Tolu adalah filosofis atau
wawasan sosial-kulturan yang menyangkut
masyarakat dan budaya Batak.[1] Dalihan
Natolu menjadi kerangka yang meliputi
hubungan-hubungan kerabat darah dan
hubungan perkawinan yang mempertalikan
satu kelompok.[2] Dalam adat batak, Dalihan
Natolu ditentukan dengan adanya tiga
kedudukan fungsional sebagai suatu
konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang
menjadi dasar bersama. Ketiga tungku
tersebut adalah:
Pertama, Somba Marhulahula/semba/
hormat kepada keluarga pihak Istri.[3]
Kedua, Elek Marboru (sikap membujuk/
mengayomi wanita)[3]
Ketiga, Manat Mardongan Tubu (bersikap
hati-hati kepada teman semarga)[3]
Latar Belakang Pemakaian Istilah “Dalihan
Na Tolu”
Dalihan Na Tolu artinya tungku yang berkaki
tiga, bukan berkaki empat atau lima.[3]
Tungku yang berkaki tiga sangat
membutuhkan keseimbangan yang mutlak. Jika
satu dari ketiga kaki tersebut rusak, maka
tungku tidak dapat digunakan. Kalau kaki lima,
jika satu kaki rusak masih dapat digunakan
dengan sedikit penyesuaian meletakkan
beban, begitu juga dengan tungku berkaki
empat.[3] Tetapi untuk tungku berkaki tiga, itu
tidak mungkin terjadi. Inilah yang dipilih
leluhur suku batak sebagai falsafah hidup
dalam tatanan kekerabatan antara sesama
yang bersaudara, dengan hulahula dan boru.
Perlu keseimbangan yang absolut dalam
tatanan hidup antara tiga unsur. Untuk
menjaga keseimbangan tersebut kita harus
menyadari bahwa semua orang akan pernah
menjadi hula-hula, pernah menjadi boru, dan
pernah menjadi dongan tubu.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Dalihan Na Tolu
Dalihan Natolu menjadi kerangka yang
meliputi hubungan-hubungan kerabat darah
dan hubungan perkawinan yang
mempertalikan satu kelompok.[2] Dalam adat
batak, Dalihan Natolu ditentukan dengan
adanya tiga kedudukan fungsional sebagai
suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga
hal yang menjadi dasar bersama, ketiga hal
tersebut:
1. Somba Marhulahula: ada yang
menafsirkan pemahaman ini menjadi
“menyembah hul-hula, namun ini tidak
tepat. Memang benar kata Somba, yang
tekananya pada som berarti menyembah,
akan tetapi kata Somba di sini tekananya
ba yang adalah kata sifat dan berarti
hormat. Sehingga Somba marhula-hula
berarti hormat kepada Hula-hula.[1]
Hula-hula adalah kelompok marga istri,
mulai dari istri kita, kelompok marga ibu
(istri bapak), kelompok marga istri
opung, dan beberapa generasi; kelompok
marga istri anak, kelompok marga istri
cucu, kelompok marga istri saudara dan
seterusnya dari kelompok dongan tubu.
[3] Hula-hula ditengarai sebagai sumber
berkat. Hulahula sebagai sumber
hagabeon/keturunan. Keturunan
diperoleh dari seorang istri yang berasal
dari hulahula. Tanpa hulahula tidak ada
istri, tanpa istri tidak ada keturunan.[3]
2. Elek Marboru/lemah lembut tehadap
boru/ perempuan. Berarti rasa sayang
yang tidak disertai maksud tersembunyi
dan pamrih.[4] Boru adalah anak
perempuan kita, atau kelompok marga
yang mengambil istri dari anak kita(anak
perempuan kita). Sikap lemah lembut
terhadap boru perlu, karena dulu borulah
yang dapat diharapkan membantu
mengerjakan sawah di ladang.[3] tanpa
boru, mengadakan pesta suatu hal yang
tidak mungkin dilakukan.
3. Manat mardongan tubu/sabutuha, suatu
sikap berhati-hati terhadap sesama
marga untuk mencegah salah paham
dalam pelaksanaan acara adat. Hati–hati
dengan teman semarga. Kata orang tua-
tua “hau na jonok do na boi marsiogoson”
yang berarti kayu yang dekatlah yang
dapat bergesekan. Ini menggambarkan
bahwa begitu dekat dan seringnya
hubungan terjadi, hingga dimungkinkan
terjadi konflik, konflik kepentingan,
kedudukan, dan lain-lain.[3]
Inti ajaran Dalihan Natolu adalah kaidah
moral berisi ajaran saling menghormati
(masipasangapon) dengan dukungan kaidah
moral: saling menghargai dan menolong.[1]
Dalihan Natolu menjadi media yang memuat
azas hukum yang objektif.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Lembaga Adat Dalihan Na Tolu
Di Tapanuli telah diterbitkan Perda No. 10
tahun 1990 tentang Lembaga Adat Dalihan
Natolu, yaitu suatu lembaga adat yang
dibentuk Pemda Tingkat II, sebagai lembaga
musyawarah yang mengikutsertakan para
penatua adat yang benar-benar memahami,
menguasai dan menghayati adat istiadat di
lingkungannya. (Pasal 5 dan 8 Perda No. 10
Tahun 1990).[1]
Lembaga ini memiliki tugas untuk
melaksanakan berbagai usaha/kegiatan dalam
rangka menggali, memelihara, melestarikan
dan mengembangkan kebudayaan daerah
termasuk di dalamnya adat-istiadat dan
kesenian untuk tujuan pembangunan dan
sifatnya konsultatif terhadap pemerintah.
(Pasal 6 Perda No. 10 Tahun 1990).[5]
Lembaga DalihanNatolu adalah lembaga
permusyawaratan/pemufakatan adat Batak
yang dibentuk berdasarkan peranan adat
istiadat, kebudayaan, kesenian daerah, gotong
royong dan kekeluargaan.(Pasal 1 h Perda No.
10 Tahun 1990). Lembaga ini berkedudukan di
tempat Desa/Kelurahan/Kecamatandan tingkat
Kabupaten(Pasal 5 dan 7 Perda No. 10 Tahun
1990).[5]
Keanggotaan dan kepengurusan Lembaga
Adat Dalihan Natolu adalah para Penatua
Adat yang benar memahami, menguasai dan
menghayati adat istiadat.[rujukan?] Selain
itu, jelas bahwa anggota dan pengurus harus
setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945 dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
dikutip dari wikipedia

Rabu, 14 Agustus 2013

Video Tapanuli Nadeges

Video Perjalanan
1. PAPA Team mendaki Gunung Singgalang SUMBAR
2. Penelusuran Gua Pandaratan Sibolga
3. PAPA Team di Air Terjun Pardomuan Sisundung
4. Air Terjun Silima-lima di Tapanuli Selatan
5. PAPA Team di puncak Merapi SUMBAR
6. Perjalanan dari danau Laukawar Berastagi
7. Gua Aek Badak di Tap-Sel
8. Danau Marsabut di Sipirok Tap-Sel
9. Penerimaan Teman PAPA Team di Kawah Sipirok
10. Penerimaan Anggota PAPA Team di Ce'dam Sipirok
11.Korban Pasang Gembung di Sibolga
12. Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2013
13. Wawancara Kiblat Masjid di Kota Padangsidimpuan
14. Buka Lubuk Larangan di Desa Garoga Batang Toru Tap-Sel
15. Klik disini untuk melihat video yang lainnya.
16. Film Dokumenter "Pendakian Gunung Sorikmarapi Narata" 
17. Sipiongot Harta Karun PALUTA dan Terdapat Tulisan Asma Allah di Dinding Bukit Desa Sipiongot
18. Donor Darahlah Sebelum Didonori Orang Lain, Donor itu menyehatkan
19. Sibayak part 1 di tanah Karo
20. Sibayak Part 2 Tanggal 1 Januari 2014
21. Kasih Ibu Kucing (Song)





Arjuna Hiqmah Lubis








Gua Aek Badak

Sorik Marapi




gunung sorik marapi

Gunung Sorik Marapi yang saya kunjungi pada tanggal 4 Agustus 2013 untuk ke dua kalinya memberikanku pengalaman yang baru. Saya mendaki sendirian dan dalam keadaan berpuasa. Alhamdulillah saya menyelesaikan pendakian dengan sukses, meskipun tangan dan kakiku penuh luka akibat terkena duri. Karena pada saat pendakianku yang kedua ini saya kesasar selama 2 jam dan itu hampir mematahkan semangatku untuk menggapai puncak. Tiba di puncak gunung jelas saja saya sendirian dan meneikmati indahnya alam ciptaan Allah itu juga seorang diri. ini beberapa photo yang dapat saya ambil di puncak.Bay The way teman-teman jangan meniru aksi saya yang terbilang nekat ini ya. saya telah terbiasa mendaki dan menjelajah sendirian dan semua itu bukanlah tanpa alasan, katanya saat ini mendaki gunung sorik marapi harus didampingi guide dari desa tersebut yang biayanya sampai Rp 4oo.ooo,- dan kata masyarakat setempat baru saya orang pendatang yang mendaki Gunung Sorik Marapi dengan keadaan buta rute dan sendirian apalagi pendakian saya yang kedua ini sambil menjalankan perintah Allah (berpuasa) dan sempat juga salat Juhur-Asar (jamak qasar) di saming kawah Puncak Sorik Marapi ini.
Pendakian ini hampir membuatku lemah tak berdaya dengan dehidrasi yang berat, pada saat kesasar di tengah hutan saya mendengar suara "Imbo" semacam kera besar yang tidak jauh dari tempat saya karena mungkin mereka khawatir dengan kedatangan saya sehingga saya sedikit memutar rute pendakian, saya juga mendengar seperti suara kucing tetapi suranya begitu besar dan keras, dalam perjalanan saya sering menemukan kubangan tempat mandi Babi dan banyak tanda-tanda binatang buas seperti bekas cakaran-cakaran di pohon yang sudah tua, saya juga menemukan kotoran binatang seperti kotoran kerbau di tengah hutan. Beberapa burung hutan saya jumpai, saya juga sempat memegang "ulat bulu" yang besar kira-kira panjangnya 15 Cm, ulat bulu itu menambah luka di tangan saya sampai saat ini masih gatal (1minggu telah berlalau) dan beberapa bekas sedotan pacat di kaki saya yang berdampak gatal.

Gunung sorik marapi dilihat dari desa Dibanggor
Perumahan di lokasi gunung sorik marapi beratapkan ijuk agar tidak mudah rusak akibat hawa belerang
pemandangan dari puncak sorik marapi ke arah utara
terlihat jalan menuju puncak gunung sorik marapi
kawah
saya berphoto dengan memakai kacu Pramuka
saya berphoto dengan bendera Persatuan Anak Penjelajah Alam Kota Padangsidimpuan (PAPA Team)
menunjuk lokasi kawah
di puncak kabut
Arjuna Hiqmah Lubis
ini photo di perjalanan menuju kawah ada lobang yang berbentuk sep-erti gua
bendera PAPA Team Kota Padangsidimpuan
See you next time friend

TAPANULI NADEGES BLOGNYA ORANG TAPANULI

Masyarakat Tapanuli juga bisa berperan dalam mengirimkan berita tentang tapanuli, baik itu budaya, adat istiadat, peristiwa alam, perjalanan, maupun karya seni seperti photo video, cerpen dll. dapat dikirimkan ke email: tapanulinadeges@gmail.com http://tapanulinadeges.blogspot.com/2013/11/mari-kirimkan-karyamu-ke-tapanuli.html

Tapanuli Tanah yang kaya dan masyarakatnya beradat
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh