Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Jumat, 12 Juli 2013

Kisah Sahabat Bilal, Adzan Terakhir Sahabat Bilal Bin Rabbah


Kisah Sahabat Bilal, Adzan Terakhir
Sahabat Bilal Bin Rabbah, berikut ini adalah
kisah yang sangat mengharukan dari shabat
Nabi Bilal bin Rabbh ra. Semoga kisah dan
artikel ini bermanfaat untuk para pembaca
setia Hikmah Kehidupan, selamat membaca.
ADZAN TERAKHIR SHAHABAT BILAL
Semua pasti tahu, bahwa pada masa Nabi,
setiap masuk waktu sholat, maka yang
mengkumandankan adzan
adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena
memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam
asal Afrika itu mempunyai suara emas yang
khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan
oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau
saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau
tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun
Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala
pada awal 11 Hijrah. Semenjak itulah Bilal
menyatakan diri tidak akan
mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah
Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi mu’adzin
kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal
berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja.
Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin
siapa-siapa lagi.”
Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun
bertanya: “Dahulu, ketika engkau
membebaskanku dari siksaan Umayyah bin
Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu
karena dirimu apa karena Allah?.” Abu Bakar
Ra. hanya terdiam. “Jika engkau
membebaskanku karena dirimu, maka aku
bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau
dulu membebaskanku karena Allah, maka
biarkan aku dengan keputusanku.” Dan Abu
Bakar Ra. pun tak bisa lagi mendesak Bilal Ra.
untuk kembali mengumandangkan adzan.
Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi Saw.,
terus mengendap di hati Bilal Ra. Dan
kesedihan itu yang mendorongnya
meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath
Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di
Homs, Syria. Lama Bilal Ra. tak mengunjungi
Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi
Saw. hadir dalam mimpi Bilal, dan
menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’?
Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku?
Kenapa sampai begini?.” Bilal pun bangun
terperanjat, segera dia mempersiapkan
perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada
Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan
Nabi.
Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan
melepas rasa rindunya pada Nabi Saw., pada
sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah
beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya
adalah cucunda Nabi Saw., Hasan dan Husein.
Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang
kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi
Saw. itu. Salah satu dari keduanya berkata
kepada Bilal Ra.: “Paman, maukah engkau
sekali saja mengumandangkan adzan buat
kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”
Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi
Khalifah juga sedang melihat pemandangan
mengharukan itu, dan beliau juga memohon
Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski
sekali saja.
Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat
waktu shalat tiba, dia naik pada tempat
dahulu biasa dia adzan pada
masa Nabi Saw. Masih hidup. Mulailah dia
mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu
Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak
seluruh Madinah senyap, segala aktifitas
terhenti, semua terkejut, suara
yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang
mengingatkan pada sosok nan agung, suara
yang begitu dirindukan, itu telah kembali.
Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa
ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah
berlarian ke arah suara itu sembari berteriak,
bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun
keluar.
Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu
anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah
pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat
memilukan. Semua menangis, teringat masa-
masa indah bersama Nabi. Umar bin Khattab
yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal
sendiri pun tak sanggup meneruskan
adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata
yang berderai. Hari itu, madinah mengenang
masa saat masih ada Nabi Saw. Tak ada
pribadi agung yang begitu dicintai seperti
Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa
dirampungkan itu, adalah adzan pertama
sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra. semenjak
Nabi Saw. wafat. Dia tak pernah bersedia lagi
mengumandangkan adzan. Sebab kesedihan
yang sangat segera mencabik-cabik hatinya
mengenang seseorang yang karenanya dirinya
derajatnya terangkat begitu tinggi. Semoga
kita dapat merasakan nikmatnya Rindu dan
Cinta seperti yang Allah karuniakan kepada
Sahabat Bilal bin Rabah Ra. Aamiin

Dikutip dari sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAPANULI NADEGES BLOGNYA ORANG TAPANULI

Masyarakat Tapanuli juga bisa berperan dalam mengirimkan berita tentang tapanuli, baik itu budaya, adat istiadat, peristiwa alam, perjalanan, maupun karya seni seperti photo video, cerpen dll. dapat dikirimkan ke email: tapanulinadeges@gmail.com http://tapanulinadeges.blogspot.com/2013/11/mari-kirimkan-karyamu-ke-tapanuli.html

Tapanuli Tanah yang kaya dan masyarakatnya beradat
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh