Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Jumat, 12 Juli 2013

Kisah Mengharukan, Ulbah bin Zaid sang Faqir yang Dermawan Sahabat KIAT...


Ulbah bin Zaid adalah salah satu potret
sang faqir yang dermawan.
Lantas apa yang dapat dia infakkan?
Padahal tidak memiliki apa-apa.
Mengapa Allah mendengarkan doa-
doanya? Padahal tidak ikut andil dalam
berjihad.
Pasti dia memiliki keistimewaan.
Apa sih keistimewaannya?
Yuk kita simak kisahnya....
Ulbah bin Zaid adalah salah seorang sahabat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam dan
dia adalah salah satu potret kedermawanan si
faqir. Bagaimana si faqir dermawan? Ini
adalah hal yang luar biasa. Biasanya
kedermawanan berasal dari yang kaya. Ulbah
bin Zaid si faqir yang sangat dermawan.
Ketika itu musim paceklik sedang melanda
kota Madinah. Ekonomi kaum muslimin sedang
sulit. Musim panas sedang berada di puncak.
Angin musim itu juga membawa hawa panas.
Debu-debu beterbangan mengotori atap-atap
dan halaman rumah penduduk kota Madinah.
Kulit serasa diiris, mata perih seperti
diteteskan  air cuka pada luka. Bagi penduduk
Madinah musim panas seperti itu biasanya
mereka lebih memilih untuk istirahat di rumah
atau tinggal di kebun mereka sambil memetik
kurma muda yang memang lagi ranum-
ranumnya. Karena pohon kurma berbuah pada
musim panas.
Tahun itu bertepatan dengan Tahun
kesembilan Hijrah, satu bulan menjelang
Ramadhan. Bagi sahabat Rasulullah
perkembangan politik Islam di Madinah sangat
luar biasa karena dampak  dari pengiriman
surat-surat Rasulullah kepada semua Raja
yang dikenal oleh bangsa Arab yang
menambah panas keadaan baginya. Karena
kalangan sahabat sudah tersebar berita akan
persiapan bala tentara Romawi sebagai
negara yang terbesar saat itu. Sebagai tindak
lanjut dari Perang Mut’ah yang sangat terkenal
itu, Romawi tidak puas dengan hasil yang
mereka diperoleh pada peperangan tersebut
apalagi dia adalah peperangan Arab melawan
Romawi yaitu yang kita kenal dengan Perang
Tabuk. Di sinilah kisah Ulbah bin Zaid. Dia
diselipkan oleh sejarah di dalam sejarah
perang Tabuk. Peperangan bagi orang Arab
pertama kali melawan Romawi.
Kali ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa
Sallam mengabarkan kepada para sahabat
tentang tujuan dan rencana untuk
melaksanakan peperangan di daerah Tabuk,
sebuah daerah yang sangat jauh bagi bangsa
Arab pada saat itu. Mendengar adanya seruan
jihad ini maka kaum muslimin berbondong-
bondong datang memenuhi kota Madinah dari
seluruh pelosok negeri. Bagaimana pula
mereka tidak berjihad di jalan Allah sedangkan
Gerbang Syurga yang seluas langit dan bumi
akan dibukakan untuknya. Rasulullah mengajak
para dermawan untuk menginfakkan harta
mereka guna bekal bagi pasukan yang akan
berangkat menuju medan perang. Peristiwa ini
dikenal dengan Jaisyul ‘Usroh.
Ulbah bin Zaid adalah dari suku Anshor dari
kabilah Aus, adalah seorang yang fakir dan
tidak memiliki harta benda untuk diinfakkan
guna mendukung pasukan yang akan pergi
berperang. Ia hanya dapat menyaksikan
kesibukan kaum muslimin dalam
mempersiapkan kelengkapan perang. Semua
orang telah melengkapi dirinya dengan
perlengkapan perang seperti baju besi,
pedang, panah, tombak, unta, kuda dan lain
lain. Ia menyaksikan semua itu dengan
kesedihan yang mendalam, karena  ia tidak
memiliki uang sepeserpun untuk membeli
peralatan perang tersebut.
Pagi itu, setelah sholat subuh, ia mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
bersabda : “Barang siapa yang mempersiapkan
Jaisyul ‘Usroh, untuknya surga”. Panas dingin
rasa badannya mendengar sabda Nabi itu,
apalagi dalam peperangan ini Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam tidak menerima
mujahid kecuali mereka yang memiliki
kendaraan dan kelengkapan perang.
Ulbah juga melihat ketika Rasulullah duduk di
Kota Madinah di Masjid Nabawi. Ulbah meliha
Rasulullah duduk dikelilingi para sahabat.
Tiba-tiba Abu Bakar datang sambil membawa
uang sebanyak 4000 dirham, lalu beliau
serahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Wa Sallam guna keperluan perang. Melihat
uang sebanyak itu  maka Rasulullah bertanya
kepada Abu Bakar : “Apa yang engkau sisakan
kepada keluargamu?” Abu Bakar menjawab :
“Aku tinggalkan Allah beserta  RasulNya”.
Untuk itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa
Sallam berkata: “Tidak ada harta yang
bermanfaat bagiku seperti harta Abu Bakar.”
Umar datang dengan membawa setengah
hartanya. Usman membawa 1000 dinar dan
menyerahkannya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam. Lalu Beliau
mengaduk aduknya seraya berkata : “Tidak ada
yang membahayakan Usman dengan apa yang
dia perbuat setelah ini.” Abdurrahman bin auf
membawa 200 uqiyah perak, dan disusul oleh
para sahabat yang lain masing masing dengan
membawa hartanya.
Para sahabat yang bukan dari golongan
berada juga datang berinfak dengan apa yang
mereka miliki. Ashim bin Adi membawa 90
wasaq dari kurma kebunnya, sebagian lagi ada
yang membawa dua mud bahkan ada yang
hanya satu mud (sebanyak dua telapak tangan
orang dewasa). Semua kaum muslimin datang
berinfak, kecuali para munafiqin.
Melihat hal itu, pulanglah Ulbah dengan
membawa kesedihannya. Sampai larut malam
ia tidak bisa tidur memikirkan dirinya yang
tidak dapat berinfak dan membeli peralatan
perang seperti para sahabat lakukan. Dia
hanya mebolak-balikkan badannya di atas
tikarnya yang lusuh. Selintas timbul dalam
fikirannya untuk mengurangi kegundahan hati.
Maka ia pun berwudhu lalu melaksanakan
sholat. Kemudian ia pun menangis,
menumpahkan semua kesedihannya kepada
Dzat yang memiliki isi langit dan bumi. Lalu ia
berdoa sambil mengangkat kedua tangannya: “
Ya Allah, Engkau memerintahkan berjihad,
sedangkan Engkau tidak memberikan aku
sesuatu yang dapat aku bawa berjihad
bersama RasulMu, dan Engkau tidak
memberikan di tangan RasulMu sesuatu yang
dapat membawaku berangkat. Maka
saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah
bersedekah kepada setiap muslim dari semua
perbuatan zholim mereka terhadap diriku dari
perkara harta, raga atau kehormatan.”
Doa itu ia ucapkan berulang ulang kali seakan
akan ia berkata : “Ya Allah, tidak ada yang
dapat aku infakkan sebagaimana yang lainnya
telah berinfak. Seandainya aku memiliki
seperti yang mereka punya, aku akan lakukan
untukMu, demi jihad di jalanMu. Yang aku
punya hanya kehormatan, kalau Engkau bisa
menerimanya, maka saksikanlah bahwa semua
kehormatanku telah aku sedekahkan malam ini
untukMu!”.
Subhanallah, alangkah jernihnya doa tersebut
keluar dari seseorang yang tidak punya;
sebuah kedermawanan dari mereka yang
disebut papa.
Pagi harinya, ia mengikuti sholat subuh
berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wa Sallam. Telah ia lupakan air mata
yang telah tertumpah di atas sajadah tadi
malam. Tetapi Allah tidak menyia-nyiakannya,
Dia khabarkan semua cerita tsb kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
melalui perantaraan Jibril.
Selesai sholat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Wa Sallam bersabda: “Siapa yang tadi malam
telah bersedekah? Hendaklah ia berdiri.”
Tidak ada seorangpun dari para sahabat yang
berdiri, dan Ulbah pun tidak merasa bahwa ia
telah bersedekah.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
mendekatinya dan berkata: “Bergembiralah
Ulbah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad
berada di tanganNya, sesungguhnya
sedekahmu tadi malam telah ditetapkan
sebagai sedekah yang diterima.”
Alangkah bahagianya Ulbah, doa yang ia
panjatkan tadi malam sebenarnya adalah
upaya dan usaha dari orang miskin yang tidak
punya harta. Kiranya Allah mendengar rintihan
dan jeritannya.
Semoga Allah merahmati Ulbah bin Zaid,
dengannya kita belajar bahwa tidak selamanya
memberi harus dengan materi. Disini kita
dapat pelajaran bahwa dengan keterbatasan
yang Allah berikan kita juga dapat berbuat
untuk Islam. Ulbah bin Zaid bisa berbuat dan
didengar oleh Allah, maka berbuatlah untuk
Islam. Jadikanlah Ulbah bin Zaid ini Uswah
(teladan). Bukankah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam dalam banyak riwayat
mengatakan: “ Tasbih adalah sedekah, senyum
adalah sedekah, hingga suapan makanan ke
mulut istri adalah sedekah, bahkan
berhubungan badan dengan istri agar menjaga
kehormatannya adalah sedekah.”
Permasalahannya apakah sedekah-sedekah
yang seluas dan sebanyak itu diterima oleh-
Nya?
Sudahkah kita niatkan semua pekerjaan kita
untuk sedekah?
Sudahkah kita usahakan ikhlas dalamnya?
Jawabannya tentu ada pada diri kita masing-
masing.
Sumber: Ceramah Ust. Armen Halim Naro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAPANULI NADEGES BLOGNYA ORANG TAPANULI

Masyarakat Tapanuli juga bisa berperan dalam mengirimkan berita tentang tapanuli, baik itu budaya, adat istiadat, peristiwa alam, perjalanan, maupun karya seni seperti photo video, cerpen dll. dapat dikirimkan ke email: tapanulinadeges@gmail.com http://tapanulinadeges.blogspot.com/2013/11/mari-kirimkan-karyamu-ke-tapanuli.html

Tapanuli Tanah yang kaya dan masyarakatnya beradat
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh