Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Sabtu, 30 Maret 2013

Menyingkap Sejarah dan Keajaiban Sigale- gale


by. Thompson HS
Pertunjukan tarian boneka Sigale-gale sudah
sangat langka. Jumlah boneka Sigale-gale pun
konon tinggal beberapa saja. Tidak gampang
membuatnya. Ada kepercayaan di masyarakat
Batak bahwa pembuat boneka Sigale-gale
harus menyerahkan jiwanya pada boneka kayu
buatannya itu agar si boneka bisa bergerak
seperti hidup. Bagaimana pertunjukan mistis
ini bisa sampai melekat dalam masyarakat
Batak? Untunglah sampai hari ini Sigale-gale
belum punah sama sekali. Masih ada beberapa
sisa patung yang dipahat puluhan tahun silam.
Kita masih bisa menyaksikan sisa-sisa
kemunculannya meski sangat jarang. Jika mau
menonton langsung pertunjukan tradisional
dari Tanah Batak itu, pergilah ke Samosir.
Kabarnya ada empat tempat yang dapat
mempertontonkannya di sana. Dua di
antaranya yang mudah dijangkau adalah
tempat wisata Tomok dan Museum Hutabolon
Simanindo. Pengunjung dapat memesan
langsung pertunjukan Sigale-gale dengan
bayaran tertentu. Pengunjung yang ingin
menontonnya pun tidak dibatasi dari jumlah
dan usia. Terkadang dua tiga orang yang
tertarik, seperti turis mancanegara, dapat
meminta kepada pengusaha pertunjukan untuk
segera memainkannya dengan iringan musikal
gondang Batak dan delapan sampai sepuluh
penari pengiringnya. Rombongan anak-anak
sekolah pun sering berkunjung ke Samosir
untuk menyaksikan Sigale-gale dalam durasi
tertentu dari pilihan-pilihan repertoar
musiknya. Repertoar di dua tempat tersebut
dapat membosankan jika melebihi satu jam.
Apalagi sekarang musik pengiringnya sudah
sering menggunakan rekaman kaset audio
(playback). Suasana pertunjukan tarian boneka
Sigale-gale memang sangat menarik dan
menghibur. Bayangkan, sebuah boneka yang
terbuat dari kayu dapat menari seperti
manusia. Kelihatannya memang seperti
manusia jika semakin diperhatikan. Boneka
yang tingginya mencapai satu setengah meter
tersebut diberi kostum tradisonal Batak.
Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul
selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan
dari contoh model manusia. Kepalanya bisa
diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan
lidahnya dapat bergerak, kedua tangan
bergerak seperti tangan-tangan manusia yang
menari serta dapat menurunkan badannya
lebih rendah seperti jongkok waktu menari.
Padahal semua gerakan itu hanya di atas peti
mati, tempat disimpannya boneka Sigale-gale
seusai dipajang atau dimainkan. Kenapa itu
bisa terjadi? Tentu dua tiga orang dalangnya
ada di belakang dengan menarik jalur-jalur tali
secara anatomis. Dalang Legendaris Dulu,
Sigale-gale sempat dimainkan hanya oleh satu
orang dalang. Dalang terakhir yang terkenal
adalah Raja Gayus Rumahorbo dari kampung
Garoga, Tomok. Beliau pernah tampil pada
festival Sigale-gale di Pematang Siantar
(Simalungun) pada tahun 1930-an. Malahan,
kabarnya Sigale-gale yang dimainkannya
waktu itu adalah hasil buatannya sendiri. Raja
Gayus dikenal mampu membuat Sigale-gale
mengeluarkan airmata dan punya kemampuan
mengusapkan ulos (kain tenunan Batak) yang
disandangkan sebelumnya di bahu sang
boneka kayu. Airmata yang keluar tentu saja
air yang mengalir dari bagian kepala Sigale-
gale yang dilubangi. Namun bagaimana teknis
mengeluarkannya masih sulit dibayangkan,
karena biasanya diisi dengan kain lap basah
atau wadah kecil yang muat di bagian yang
berlubang itu. Pewaris Raja Gayus Rumahorbo
mengatakan, Sigale-gale yang dimainkan pada
festival itu kini berada di Belanda. Satu
boneka lagi, masih menurut pewarisnya,
terdapat di Jakarta. Memang Museum
Nasional di bagian khusus kebudayaan Batak
pernah diinformasikan menyimpan patung
Sigale-gale. Rayani Sriwidodo Lubis
melahirkan sebuah buku ceritanya berjudul
Sigale-gale (PT Dunia Pustaka Jaya, 1982)
diperkirakan mendapat inspirasi setelah
melihat patung yang ada di museum itu. Mistik
di Balik Pembuatan Sigale-gale Kisah
pembuatan patung Sigale-gale masih lestari di
kampung Garoga. Kampung ini berjarak sekitar
tiga kilometer dari Tomok, dan naik ke arah
kiri yang dibentengi pegunungan Samosir.
Gunung sekitar itu dikenal dengan nama
Naboratan yang dapat berarti “sangat berat”.
Ada satu air terjun, yang dalam bahasa
setempat disebut dengan nama Sampuran
Simangande. Air terjun yang konon
menyimpan batu-batuan aneh dan posisi
gunung seperti tembok yang sangat tinggi itu
sempat menambahi kesan lebih jauh tentang
kampung yang dikenal masih menyimpan
patung Sigale-gale itu. Ternyata suasana alam
yang melatarbelakangi kampung Garoga sama
sekali tidak ada kaitannya dengan munculnya
patung Sigale-gale. Setidaknya dalam kaitan
bahan-bahan seperti kayu dan upacara
tertentu untuk patung Sigale-gale. Kampung
Garoga juga tak bisa dipastikan sebagai
setting cerita Sigale-gale. Kampung ini
hanyalah salah satu kampung selain kampung
Siallagan atau Ambarita. Malahan informasi
tentang sebuah patung Sigale-gale pernah
ada dari sekitar Silimbat Porsea. Hari itu, di
teras sebuah rumah yang berarsitek modern,
kami diperlihatkan pada dua unit Sigale-gale
yang sudah berumur 30 dan 70 tahun. Salah
seorang keturunan Raja Gayus menyambut
kedatangan kami dengan minuman tradisional
tuak dan natinombur (ikan panggang dengan
racikan sambal khas Batak). Beberapa orang
pemusik sudah siap-siap di posisi belakang
terletaknya kedua Sigale-gale itu dengan
instrumen selengkapnya. Sekitar setengah jam
mereka memainkan sejumlah repertoar musik
yang konteksnya tidak jauh dari kategori musik
ritual Batak. Biasanya ada tujuh macam cara
musikal yang dilakukan dalam ritual Batak.
Namun selesai pertunjukan, kami lebih
terfokus membicarakan seputar Sigale-gale
sendiri. Terkait dengan pembuatannya, patung
Sigale-gale diliputi oleh cerita yang mistis
atau seram. Bila seseorang sudah bersedia
membuat patung Sigale-gale, berarti ia sudah
pasti menjadi tumbal. Setelah menyelesaikan
sebuah patung, si pembuat akan segera
meninggal. Mungkin kepercayaan ini pulalah
yang membuat patung Sigale-gale menjadi
ekslusif dan tidak pernah dibuat banyak-
banyak. Berdasarkan kejadian-kejadian itu,
proses pembuatan Sigale-gale kemudian
dilakukan oleh lebih dari satu orang. Ada yang
khusus mengerjakan pembuatan tangan,
tungkai kaki, bagian badan, dan kepala.
Mungkin secara bersama juga tali-tali dan
kerandanya yang berukiran Batak diselesaikan.
Jumlah tali-tali pada setiap patung yang
dibuat tidak selalu serupa. Pada dua unit
Sigale-gale tadi, salah satunya mempunyai tali
penarik 17 ruas. Dulu tali-tali tersebut katanya
sama sekali tidak ada. Gerakan patung
berlangsung hanya dengan kekuatan gaib yang
dimiliki dalangnya. Patung yang dihidupkan
demi kekuatan gaib dalam tradisi Batak
disebut dengan gana-ganaan dan dia dapat
menyerupai totem. Seorang pembuat patung
Sigale-gale dulunya dikenal dengan sebutan
Datu Panggana, karena didorong oleh suatu
kekuatan gaib juga. Bahan yang digunakan
untuk patung Sigale-gale biasanya dari sejenis
pohon bernama ingul dan pohon nangka.
Pohon nangka khusus digunakan untuk bagian
tangan dan kepala. Sedangkan pohon ingul
untuk bagian badan dan kaki. Kayu ini
termasuk jenis kayu yang bermutu dan sering
digunakan membuat perahu. Tidak ada makna
simbolis dengan pilihan atas kedua kayu itu.
Pengerjaan satu patung Sigale-gale dapat
memakan waktu satu tahun. Asal Mula Sigale-
gale Selesai pengerjaan patung Sigale-gale,
para pembuat atau pemesannya tidak boleh
menempatkan serta menyimpannya di dalam
rumah. Ada tempat khusus untuk menyimpan
patung Sigale-gale zaman dahulu. Namanya
disebut sopo balian, sebuah rumah-rumahan
di tengah sawah. Tersebutlah seorang raja
yang kaya bernama Tuan Rahat. Ia mempunyai
seorang anak laki-laki bernama Si Manggale.
Anaknya tersebut diharapkan segera
mendapat jodoh. Namun setiap perempuan
yang disukainya selalu tak mau
mendampinginya. Suatu ketika, sang raja turut
mengirim anaknya berperang dalam rangka
meluaskan wilayah kerajaan. Anak itu ternyata
mangkat pula di medan perang. Untuk
mengenang anaknya, sang raja memesan
sebuah patung dibuatkan mirip sang anak, dan
sehidup mungkin. Patung tersebut kemudian
dinamainya Sigale-gale. Namun sang raja
memesankan agar patung tersebut
ditempatkan saja agak jauh dari rumah, yakni
di sopo balian. Nanti, pada saat upacara
kematiannya, patung itu dapat dijemput untuk
menari di samping jenazahnya. Jadi
pertunjukan Sigale-gale dulunya diadakan
hanya kepada seorang raja yang kehilangan
keturunan. Tapi kemudian, kebiasaan raja itu
diperluas kepada setiap orang yang tidak
punya keturunan. Setiap orang yang sengaja
memesankan patung Sigale-gale untuk alasan
itu disebut dengan papurpur sapata
(menaburkan janji). Ketika kematian sudah tak
terelakkan, Sigale-gale dengan tariannya
menjadi semacam pengobat impian yang
pernah kandas bagi orang-orang yang tidak
mempunyai keturunan sampai pada upacara
kematiannya. Tapi ada versi lain tentang
cerita Sigale-gale. Konon, seorang dukun
bernama Datu Partaoar, ingin sekali
mempunyai anak laki-laki atau perempuan.
Suatu ketika dia menemukan sebuah patung
cantik di tengah hutan, persis seperti seorang
gadis yang tubuhnya terlilit kain dan
beranting-anting. Dia kemudian membawa
gadis itu setelah mengubahnya dari patung
menjadi manusia. Istrinya yang juga berharap-
harap selama ini untuk mempunyai keturunan
memberi nama gadis itu dengan nama Nai
Manggale. Dia menjadi gadis yang disenangi
penduduk karena kelembutannya. Suatu ketika
dia harus mendapatkan pendamping hidup.
Namun seperti ibunya, ia tidak dapat
melahirkan keturunan secara biologis. Dia pun
berkata kepada suaminya yang bernama Datu
Partiktik agar memesan pematung untuk
membuatkan sebuah patung yang bisa menari
di samping jenazahnya suatu ketika. Patung
tersebut dinamai Sigale-gale. Berdasarkan
versi itulah kiranya tarian Sigale-gale pernah
ditemukan dengan pasangan laki-laki dan
perempuan. Sigale-gale secara etimologis
dapat berarti “yang lemah gemulai”.
Demikianlah sebenarnya kesan melihat tarian
boneka Sigale-gale. Entah mungkin juga
mereka kembar. Yang laki-laki namanya si
Manggale dan perempuan bernama Nai
Manggale.

Dikutip dari Inside Sumatera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAPANULI NADEGES BLOGNYA ORANG TAPANULI

Masyarakat Tapanuli juga bisa berperan dalam mengirimkan berita tentang tapanuli, baik itu budaya, adat istiadat, peristiwa alam, perjalanan, maupun karya seni seperti photo video, cerpen dll. dapat dikirimkan ke email: tapanulinadeges@gmail.com http://tapanulinadeges.blogspot.com/2013/11/mari-kirimkan-karyamu-ke-tapanuli.html

Tapanuli Tanah yang kaya dan masyarakatnya beradat
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh