Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Kamis, 27 Juni 2013

Kain Ulos

ULOS

KAIN TENUN TAPANULI YANG PUNYA MAKNA KHUSUS

Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi membuat kain tenun. Tanimbar, Timor, Sumbawa, Lombok, Bali, Jepara, Lampung dan lain-lain adalah daerah penghasil tenun yang baik dan terkenal. Hasil tenun di Tapanuli dalam bentuk kain atau selendang lengan berbagai motif, ukuran maupun fungsi itu disebut dalam bahasa daerah setempat ulos.


Bagi masyarakat Tapanuli ulos bukan sekedar kain atau selendang hasil kerajinan kaum wanita untuk penutup badan, alat penggendong, hiasan atau berfungsi sehari-hari semacam itu saja melainkan juga mempunyai makna yang khusus dalam hidup bermasyarakat. Jadi ulos adalah sejenis kain adat hasil kerajinan tradisional masyarakat Batak terutama yang mendiami daerah Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Simalungun dan Tanah Karo. Beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai sakral.



Proses Pembuatan Ulos

Dahulu sebelum ada perusahaan tenun, hampir setiap keluarga menenun ulos untuk keperluan mereka. Dengan bahan benang kapas atau benang rami, ulos ditenun dengan alat penenun tradisional (alat tenun bukan mesin) yang digerakkan dengan tenaga tangan dan kaki. Alat-alatnya terdiri dari:
"tundalan", pengikat pinggang waktu menenun.
"baliga", alat pemisah benang.
"langgiyang" sebagai pasangan baliga untuk menjaga agar benang tidak kusut waktu ditenun.
"patubabohon", alat pengukur panjang kain tenunan.

Memang tidak ada upacara tertentu menjelang atau selama menenun ulos, tetapi karena kegunaannya yang bersifat sakral maka se lalu terikat pada tatacara tertentu. Menenun ulos tidak dapat terburu-buru, sehelai ulos dapat makan waktu berminggu-minggu, bahkan beberapa bulan. Pekerjaan yang memerlukan kesabaran, ketekunan, citarasa seni, bahkan rasa pengabdian itu dikerjakan oleh kaum ibu di kolong rumahnya, di sela-sela kegiatan rumah tangga yang tak per¬nah habis itu. Keberhasilannya memang merupakan prestasi dan ke-banggaan tersendiri bagi kaum ibu di Tapanuli.

Bentuk dan Macamnya

Ulos dapat bervariasi dalam hal motif, warna, nama maupun kegunaannya. Pada dasarnya memang sama tetapi tempat pembuatan serta selera pengrajinnya ternyata banyak menimbulkan variasi tersebut. Di Tapanuli Utara misalnya, lebih banyak kombinasi tiga warna: putih, merah, hitam; di Tapanuli Selatan ada empat warna po­kok dengan hiasan manik-manik putih dan hitam. Warna dasar daerah Karo biru tua, Toba dan Simalungun hitam kecoklatan atau keputih-putihan.

Di Toba dihasilkan ulos jenis; ragi idup, bintang maratur, ragi hotang, sibolang, mengiring, situlu tuho, bolean, tali-tali mengiring napinursaan.

Simalungun: ragi santik, ragi pane, paruma/pangumbak, heteran suri-suri, tudung/bulang, jobit.

Karo: Jungkit, uis nipes, arinteneng, jujungan, uisgara.

Tapanuli Selatan: abid godang, parompa sadun, selendang Pakpak/Dairi: polang-polang, gabar, mangiring, runjak, bintang maratur.



Fungsi/Peranan Sosial Ulos
Sebagai penghormatan/penghargaan

Sebagai kain adat ulos tidak pernah absen dalam upacara-upacara adat seperti kelahiran, perkawinan, pendirian rumah baru, penyambutan tamu dan lain-lain. Beberapa jenis diantara ulos itu diberikan sebagai penghargaan/pengobatan kepada seseorang seperti; orang tua, pengantin, sahabat, raja, orang yang dituakan, para pejabat, anak dan lain-lain sesuai dengan aturan dan tatacara tertentu. Dalam pemberian hadiah itu kecuali penghargaan/pengobatan juga terkandung harapan tertentu.
Sebagai pakaian resmi

Sebagian kain adat ulos dipakai dalam acara dan upacara resmi yang banyak sekali dilakukan dalam masyarakat Batak baik yang ber¬kaitan dengan keagamaan/kepercayaan, kemasyarakatan atau siklus kehidupan. Dalam upacara seperti upacara kenegaraan, upacara desa, pertanian, upacara untuk leluhur, upacara kanak-kanak meningkat dewasa, perkawinan, kematian, hari raya keagamaan dan lain-lain. Dalam upacara-upacara tersebut diwajibkan oleh adat untuk berpa¬kaian resmi dengan memakai ulos
Sebagai pakaian untuk tarian adat

Masyarakat Batak banyak mengenal tarian adat yang disebut Tortor diantaranya adalah tarian yang bersifat sakral. Tortor ini merupakan salah satu sarana komunikasi dengan dunia arwah atau dengan Yang Maha Kuasa dengan harapan minta berkah, keselamatan, Kebahagiaan serta perlindunganNya. Mengingat akan fungsi tarian tortor, maka semua penari yang tampil wajib mengenakan ulos.

Pelestarian dan Pengembangan Ulos

Ulos sebagai salah satu seni kerajinan tenun yang bernilai tinggi. Dalam lingkungan masyarakat penghasilannya mempunyai tempat yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan. Bagi bangsa Indonesia merupakan salah satu kekayaan budaya dan secara umum banyak digemari. Mengingat ini semua cukuplah alasan akan perlu­nya usaha pelestarian bahkan pengembangannya.

Tak dapat dipungkiri memang bahwa akhir-akhir ini sebagai ge¬jala umum fungsi adat ulos makin menurun seirama dengan makin menipisnya perhatian generasi muda setempat akan pentingnya ulos. Dilain pihak dengan makin terbukanya komunikasi daerah Tapanuli dengan dunia luar, lebih-lebih lewat jalur pariwisata, ternyata ulos merupakan salah satu daya pikat yang menarik.


dikutip dari sini.

Awal Ramadhan Diperkirakan Berbeda

Awal Ramadhan Diperkirakan Berbeda
Jumat, 14 Juni 2013, 08:53 WIB
Komentar : 0


Republika/Musiron

PawaiTarhib Ramadhan
A+ | Reset | A-

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Meski pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag), belum memutuskan awal Ramadhan 1434 Hijriyah atau 2013 Masehi, menurut Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas, kemungkinan ada perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan tahun ini.

Pasalnya, kata Yunahar, PP Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa pada Selasa 9 Juli 2013. “Ada kemungkinan perbedaan dengan Kementerian Agama,” ujarnya di kantor PP Muhammadiyah, Kamis (13/6).

Menurut dia, Kemenag kemungkinan menetapkan awal puasa pada 10 Juli 2013. Meskipun awal puasa dimungkinkan berbeda, penetapan Idul Fitri atau Lebaran 2013 dimungkinkan akan sama. PP Muhammadiyah sendiri menetapkan 1 Syawal 1434 H ini akan jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013. “Insya Allah, tidak akan ada perbedaan untuk hari rayanya,” kata Yunahar.

PP Muhammadiyah sudah menggariskan bahwa penentuan awal Ramadhan dan Syawal merupakan masalah keagamaan murni. Karena itu, menurut Yunahar, hal tersebut harus ditetapkan atas pertimbangan agama murni. “Kalau alasannya ukhuwah dan sebagainya, itu politik keagamaan. Kita serahkan pada metode yang kita anut. Kalau majelis sudah tetapkan maka kita patuh. Ini keagaman murni,” ujarnya.

Dengan penetapan tersebut, PP Muhammadiyah memutuskan tidak akan hadir dalam sidang itsbat penentuan awal Ramadhan yang akan digelar Kemenag. Sebab, kata Yunahar, ukhuwah itu bukan identik harus sama karena hal tersebut tidak mungkin. Meski begitu, pihaknya tetap terus melakukan pendekatan untuk metode hisab dan rukyat. Walau dalam beberapa kali pertemuan, tetap saja tidak menemukan titik temu.

Bagi PP Muhammadiyah awal Ramadhan harus tetap 1 Ramadhan dan Idul Fitri tetap 1 Syawal. Itu ibadah tetap yang tidak bisa diubah dan tidak boleh ditawar dengan alasan ukhuwah Islamiyah. Namun, penentuan awal bulan bisa dilakukan dengan metode berubah melalui kemajuan teknologi.

Oman Fathurohman dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengatakan, penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal tahun ini didasarkan atas hasil hisab yang dilakukan timnya. Berdasarkan hasil hisab tersebut, ijtimak jelang Ramadhan 1434 H terjadi pada Senin Pon, 8 Juli 2013 M pukul 14:15:55 WIB.

Ketika itu, tinggi bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta, hilal sudah wujud. Dan, matahari terbenam pada tanggal tersebut. Adapun sebagian wilayah barat Indonesia hilal sudah wujud, sedangkan sebagian wilayah Timur Indonesia belum. “Dengan begitu, garis batas wujudul hilal melewati Indonesia dan membagi wilayah Indonesia menjadi dua. Dengan demikian, 1 Ramadhan jatuh pada Selasa tanggal 9 Juli 2013,” katanya.

Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta semua pihak arif dan bijak menyikapi hal ini (perbedaan penentuan awal Ramadhan). Warga di luar Muhammadiyah juga diharapkan menghormati keputusan Muhammadiyah untuk mengawali puasa terlebih dahulu. “Ini soal klasik karena Muhammadiyah menggunakan hisab, sementara yang lain menggunakan rukyat,” kata dia. n yulianingsih ed: chairul akhmad

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.
Redaktur : Zaky Al Hamzah

AWAL PUASA RAMADHAN 2013: Muhammadiyah Mulai Berpuasa 9 Juli

Kamis, 13 Juni 2013, 07:34 WIB
AWAL PUASA RAMADHAN 2013: Muhammadiyah Mulai Berpuasa 9 Juli
Yusran Yunus

BISNIS.COM, JAKARTA-Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1434 Hijriyah/2013 Masehi jatuh pada Selasa Wage, 9 Juli 2013 dan 1 Syawal 1434 H/2013 M jatuh pada Kamis Wage, 8 Agustus 2013.

Penetapan itu ditetapkan oleh PP Muhammadiyah berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, ditandatangani oleh Ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Sekretaris umum PP Mummadiyah Danarto, seperti tertuang dalam Maklumat No.04/MLM/I.0/E/2013 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1434 H tertanggal 23 Mei 2013.

Menurut maklumat itu, ijtimak jelang Ramadan 1434 H terjadi pada hari Senin Pon, 8 Juli 2013 M pukul 14:15:55 WIB. Tinggi bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta ( + : : -07" 48, dan ),: 110o 21, BT ) *0o 44' 59" (hilal sudah wujud). Pada saat Matahari terbenam tanggal 8 Juli 2013 M (hari Senin), di sebagian wilayah barat. Kemudian, Indonesia hilal sudah wujud dan di sebagian wilayah timur Indonesia belum wujud.

Dengan demikian, garis batas wujudul hilal melewati wilayah Indonesia dan membagi wilayah Indonesia menjadi dua bagian.


"1 Ramadhan 1434 H jatuh pada Selasa Wage, 9 Juli 2013".


Selain itu, ijtimak jelang Syawal 1434 H terjadi pada hari Rabu Pon, 7 Agustus 2013 M pukul 04:52:19 WIB. Tinggi bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta ( 0 : -07" 48, dan l": l l0o 21, BT ) : *03o 54' ll" (hilal sudah wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam matahari itu, bulan berada di atas ufuk.


"1 Syawal 1434 H jatuh pada Kamis Wage, 8 Agustus 2013".


Berdasarkan penetapan ini, kemungkinan akan terjadi perbedaan awal puasa Ramadhan.

Sebelumnya, Badan Hisab Rukyat Provinsi Sumatra Utara telah memutuskan awal Ramadhan 1434 Hijriyah/2013 Masehi jatuh pada Rabu, 10 Juli 2013 dan 1 Syawal 1434 H/2013 M jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013. Meskipun demikian, Badan Hisab Rukyat (BHR) Sumut mengimbau umat Islam untuk menunggu sidang itsbat Menteri Agama RI.

"Penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal tetap saja ada potensi perbedaan. Namun masyarakat diimbau dapat menyikapi perbedaan itu secara arif dan bijaksana. Jangan sampai ada keributan dan konflik," kata H.Arso, Ketua BHR Sumut.

Dalam keterangan pers di laman Kemenag Sumut, Ketua Badan Hisab Rukyat Sumut, H.Arso mengatakan awal Ramadhan 1434 H jatuh pada Rabu, 10 Juli 2013 berdasarkan pada ijtimak awal Ramadhan 1434 H terjadi pada Senin, 8 Juli 2013 pukul 4j 14m 05d WIB.

"Ketika matahari terbenam pada hari terjadinya ijtimak, di seluruh Indonesia tinggi hilal antara : -000 47’ 19” s.d. +000 16’ 51” (belum memenuhi kriteria imkan rukyat +20) berdasarkan pada ikmal Sya’ban 1434 H," katanya.

Dia menambahkan adapun 1 Syawal 1434 H jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013 berdasarkan ijtimak awal Syawal 1434 H terjadi pada Rabu, 7 Agustus 2013 pukul 04j 05m 33d WIB.

"Ketika matahari terbenam pada hari terjadinya ijtimak, di seluruh Indonesia tinggi hilal sudah berada di atas ufuk antara : +010 59’ 45” s.d. +030 23’ 09” (telah mencapai kriteria imkan rukyat +020) berdasarkan pada kriteria imkan rukyat," tuturnya.


BACA JUGA:


Kemungkinan Ada Perbedaan di awal Ramadhan, Lebaran Bareng
Puasa 10 Juli, Lebaran 8 Agustus

Sumber : Newswire

Editor : Yusran Yunus

Rabu, 26 Juni 2013

Gua Tuk-tuk di Padang Lawas Utara

Gua tuk-tuk inilah nama gua yang terletak di hutan lindung di Kabupaten Paluta (Padang Lawas Utara), gua ini adalah gua alami yang masih jarang di kunjungi manusia tetapi akses menuju ke gua ini sangatlah mudah (jika goa ini ada di salah satu kota besar Indonesia, pasti gua ini akan menjadi Primadona Wisata alam yang tidak kalah dengan objek wisata lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya), gua ini memiliki fungsi antara lain sebagai sarang burung layang-layang. gua tuk-tuk di Paluta ini sangat indah sekali, jika harus terus terang goa Tuk-tuk ini jauh lebih indah dan luas dibandingkan dengan gua aek badak meskipun keindahan itu relatif bagi semua orang, kenapa saya katakan indah,,, karena:
1. Gua ini memiliki bibir goa yang sangat besar dan indah (diameter _+ 15m)
2. Gua ini adalah gua alami yang bersih, rata-rata lantainya kering dan memiliki banyak lorong-lorong.
3. Ada dua goa yang saling berdekatan,
 a. Gua Diagonal yang dalamnya memiliki celah-celah indah yang bisa dimasuki manusia.
 b. Gua Horizontal yang memiliki kedalaman puluhan meter dan tembus menuju goa vertikal (jadi apabila kita ingin mencapai ujung gua kita harus menggunakan tali)
4. Letak goa yang jauh dari pemukiman _+ 4km, namun bisa ditempuh denga roda dua dengan jalan tanah kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki selama -+ 15menit.
5. Lokasi gua yang sangat alami ditengah rimba raya.

Itulah beberapa keindahan gua Tuk-tuk, dan masih banyak lagi yang tidak tertuliskan, saya harap keindahan gua ini bisa dinikmati banyak orang dan harapan ini akan terlaksana jika didengar dan dilaksanakan masyarakat dan Pemerintah kab. Paluta khususnya di Desa, Simaninggir.
Di dalam gua juga terdapat banyak sekali kelelawar dan katak yang unik yang siap menyambar tubuh kita :-). Jadi bagi siapapun yang ingin kesana persiapkan masker dan jangan lupa alat penerangan satu lagi yang tidak kalah penting harus ada yang memandu menuju gua (yang sudah pernah ke gua tuk-tuk) karena lokasi goa yang masih alami dan disekitarnya hutan kemungkinan besar akan salah arah dan pasti merasa senang dengan pengalaman susur gua tuk-tuk.
 berikut saya lampirkan photo-photo keadaan gua Tuk-tuk di Paluta Sumatera Utara indonesia.







































adapun nama goa tuk-tuk ini berasal dari suara batu yang ada di depan mulut goa yang berbunyi kira-kira tuk-tuk-tuk... jika di injak. Itulah nama yang tepat untuk gua ini yang terpintas dipikiranku saat menginjak kepingan batu besar hendak pulang meninggalkan lokasi gua.

TAPANULI NADEGES BLOGNYA ORANG TAPANULI

Masyarakat Tapanuli juga bisa berperan dalam mengirimkan berita tentang tapanuli, baik itu budaya, adat istiadat, peristiwa alam, perjalanan, maupun karya seni seperti photo video, cerpen dll. dapat dikirimkan ke email: tapanulinadeges@gmail.com http://tapanulinadeges.blogspot.com/2013/11/mari-kirimkan-karyamu-ke-tapanuli.html

Tapanuli Tanah yang kaya dan masyarakatnya beradat
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh