Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Jumat, 29 Maret 2013

INFO SEPUTAR TATA PERNIKAHAN ADAT BATAK

Dikutip dari Berli Pro.

- Urutan pra sampai pasca nikah adat
batak
- Urutan acara Pesta Pernikahan Batak
Untuk membantu mengerti sedikit
mengenai tata cata pernikahan adat, dan
atas ide dari salah satu clent kami, maka
dalam dokumentasi video, kami
memberikan subtitle dalam setiap event
adat pesta batak yang kami liput.
Tujuannya untuk membantu para client
kami sedikit lebih mengerti mengenai
pernikahan adat batak yang mereka jalani,
bukan cuma untuk membantu mengerti
adat batak saja, kami juga memberikan
video yang artistik, touching, modern.
ringkas, padat dan menarik.
Berikut sedikit ulasan mengenai urut-
urutan pra sampai pasca pernikahan adat
Na Gok :
1. Mangarisika..
Adalah kunjungan utusan pria yang tidak
resmi ke tempat wanita dalam rangka
penjajakan. Jika pintu terbuka untuk
mengadakan peminangan maka pihak
orang tua pria memberikan tanda mau
(tanda holong dan pihak wanita memberi
tanda mata). Jenis barang-barang
pemberian itu dapat berupa kain, cincin
emas, dan lain-lain.
2. Marhori-hori Dinding/marhusip..
Pembicaraan antara kedua belah pihak
yang melamar dan yang dilamar, terbatas
dalam hubungan kerabat terdekat dan
belum diketahui oleh umum.
3. Marhata Sinamot..
Pihak kerabat pria (dalam jumlah yang
terbatas) datang oada kerabat wanita
untuk melakukan marhata sinamot,
membicarakan masalah uang jujur (tuhor).
4. Pudun Sauta..
Pihak kerabat pria tanpa hula-hula
mengantarkan wadah sumpit berisi nasi
dan lauk pauknya (ternak yang sudah
disembelih) yang diterima oleh pihak
parboru dan setelah makan bersama
dilanjutkan dengan pembagian Jambar
Juhut (daging) kepada anggota kerabat,
yang terdiri dari :
Kerabat marga ibu (hula-hula)
Kerabat marga ayah (dongan tubu)
Anggota marga menantu (boru)
Pengetuai (orang-orang tua)/pariban
Diakhir kegiatan Pudun Saut maka
pihak keluarga wanita dan pria
bersepakat menentukan waktu
Martumpol dan Pamasu-masuon.
5. Martumpol (baca : martuppol)
Penanda-tanganan persetujuan
pernikahan oleh orang tua kedua belah
pihak atas rencana perkawinan anak-anak
mereka dihadapan pejabat gereja. Tata
cara Partumpolon dilaksanakan oleh
pejabat gereja sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Tindak lanjut Partumpolon
adalah pejabat gereja mewartakan
rencana pernikahan dari kedua mempelai
melalui warta jemaat, yang di HKBP
disebut dengan Tingting (baca : tikting).
Tingting ini harus dilakukan dua kali hari
minggu berturut-turut. Apabila setelah
dua kali tingting tidak ada gugatan dari
pihak lain baru dapat dilanjutkan dengan
pemberkatan nikah (pamasu-masuon).
6. Martonggo Raja atau Maria Raja.
Adalah suatu kegiatan pra pesta/acara
yang bersifat seremonial yang mutlak
diselenggarakan oleh penyelenggara
pesta/acara yang bertujuan untuk :
Mempersiapkan kepentingan pesta/acara
yang bersifat teknis dan non teknis
Pemberitahuan pada masyarakat bahwa
pada waktu yang telah ditentukan ada
pesta/acara pernikahan dan berkenaan
dengan itu agar pihak lain tidak
mengadakan pesta/acara dalam waktu
yang bersamaan.
Memohon izin pada masyarakat sekitar
terutama dongan sahuta atau penggunaan
fasilitas umum pada pesta yang telah
direncanakan.
7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason
(Pemberkatan Pernikahan)
Pengesahan pernikahan kedua mempelai
menurut tatacara gereja (pemberkatan
pernikahan oleh pejabat gereja). Setelah
pemberkatan pernikahan selesai maka
kedua mempelai sudah sah sebagai suami-
istri menurut gereja. Setelah selesai
seluruh acara pamasu-masuon, kedua
belah pihak yang turut serta dalam acara
pamasu-masuon maupun yang tidak pergi
menuju tempat kediaman orang tua/
kerabat orang tua wanita untuk
mengadakan pesta unjuk. Pesta unjuk oleh
kerabat pria disebut Pesta Mangalap
parumaen (baca : parmaen)
8. Pesta Unjuk (lihat detail)
Suatu acara perayaan yang bersifat
sukacita atas pernikahan putra dan putri.
Ciri pesta sukacita ialah berbagi jambar :
Jambar yang dibagi-bagikan untuk
kerabat parboru adalah jambar juhut
(daging) dan jambar uang (tuhor ni
boru) dibagi menurut peraturan.
Jambar yang dibagi-bagikan bagi
kerabat paranak adalah dengke (baca :
dekke) dan ulos yang dibagi menurut
peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri
dengan membawa pulang pengantin ke
rumah paranak.
9. Mangihut di ampang (dialap jual)
Yaitu mempelai wanita dibawa ke tempat
mempelai pria yang dielu-elukan kerabat
pria dengan mengiringi jual berisi
makanan bertutup ulos yang disediakan
oleh pihak kerabat pria.
10. Ditaruhon Jual.
Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan
di rumah mempelai pria, maka mempelai
wanita dibolehkan pulang ke tempat
orang tuanya untuk kemudian diantar lagi
oleh para namborunya ke tempat
namborunya. Dalam hal ini paranak wajib
memberikan upa manaru (upah
mengantar), sedang dalam dialap jual upa
manaru tidak dikenal.
11. Paranak makan bersama di tempat
kediaman si Pria (Daulat ni si Panganon)
Setibanya pengantin wanita beserta
rombongan di rumah pengantin pria,
maka diadakanlah acara makan
bersama dengan seluruh undangan
yang masih berkenan ikut ke rumah
pengantin pria.
Makanan yang dimakan adalah
makanan yang dibawa oleh pihak
parboru
12. Paulak Unea..
Setelah satu, tiga, lima atau tujuh hari
si wanita tinggal bersama dengan
suaminya, maka paranak, minimum
pengantin pria bersama istrinya pergi
ke rumah mertuanya untuk
menyatakan terima kasih atas
berjalannya acara pernikahan dengan
baik, terutama keadaan baik pengantin
wanita pada masa gadisnya (acara ini
lebih bersifat aspek hukum berkaitan
dengan kesucian si wanita sampai ia
masuk di dalam pernikahan).
Setelah selesai acara paulak une,
paranak kembali ke kampung
halamannya/rumahnya dan
selanjutnya memulai hidup baru.
13. Manjahea.
Setelah beberapa lama pengantin pria dan
wanita menjalani hidup berumah tangga
(kalau pria tersebut bukan anak bungsu),
maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah
(tempat tinggal) dan mata pencarian.
14. Maningkir Tangga (baca : manikkir
tangga)
Beberapa lama setelah pengantin pria dan
wanita berumah tangga terutama setelah
berdiri sendiri (rumah dan mata
pencariannya telah dipisah dari orang tua
si laki-laki) maka datanglah berkunjung
parboru kepada paranak dengan maksud
maningkir tangga (yang dimaksud dengan
tangga disini adalah rumah tangga
pengantin baru). Dalam kunjungan ini
parboru juga membawa makanan (nasi
dan lauk pauk, dengke sitio tio dan dengke
simundur-mundur)
Disadur dari http://
rapolo.wordpress.com/2007/12/19/tata-
cara-dan-urutan-pernikahan-adat-na-gok/
Urutan ACARA PESTA ADAT PERNIKAHAN
BATAK
- MARSIBUHA BUHAI
Pagi hari sebelum dimulai pemberkatan/
catatan sipil/pesta adat, acara dimulai
dengan penjemputan mempelai wanita di
rumah disertai dengan makan pagi
bersama dan berdoa untuk kelangsungan
pesta pernikahan,
biasanya disini ada penyerahan bunga
oleh mempelai pria dan pemasangan
bunga oleh mempelai wanita dilanjutkan
dengan penyerahan Tudu-tudu Ni
Sipanganon dan Menyerahkan dengke lalu
makan bersama, selanjutmya berangkat
menuju gereja untuk pemberkatan.
BEBERAPA Pengertian POKOK DALAM ADAT
PERKAWINAN
1. Suhut , kedua pihak yang punya
hajatan
2. Parboru, orang tua pengenten
perempuan=Bona ni haushuton
3. Paranak, orang tua pengenten Pria=
Suhut Bolon.
4. Suhut Bolahan amak : Suhut yang
menjadi tuan rumah dimana acara
adat di selenggrakan.
5. Suhut naniambangan, suhut yang
datang
6. Hula-hula, saudara laki-laki dari
isteri masing-masing suhut
7. Dongan Tubu, semua saudara laki
masing-masing suhut ( Tobing dan
Batubara).
8. Boru, semua yang isterinya semarga
dengan marga kedua suhut ( boru
Tobing dan boru Batubara).
9. Dongan sahuta, arti harafiah
“teman sekampung” semua yang
tinggal dalam huta/kampung
komunitas (daerah tertentu) yang
sama paradaton/solupnya.
10. Ale-ale, sahabat yang diundang
bukan berdasarkan garis
persaudaraan (kekerabatan atau
silsilah) .
11. Uduran, rombongan masing-masing
suhut, maupun rombongan masing-
masing hula-hulanya.
12. Raja Parhata (RP), Protokol (PR) atau
Juru Bicara (JB) masing-masing
suhut, juru bicara yang ditetapkan
masing-masng pihak
13. Namargoar, Tanda Makanan Adat ,
bagian-bagian tubuh hewan yang
dipotong yang menandakan
makanan adat itu adalah dari satu
hewan (lembu/kerbau) yang utuh,
yang nantinya dibagikan.
14. Jambar, namargoar yang dibagikan
kepada yang berhak, sebagai
legitimasi dan fungsi
keberadaannya dalan acara adat itu.
15. Dalihan Na Tolu (DNT), terjemahan
harafiah”Tungku Nan Tiga” satu
sistim kekerabatan dan way of life
masyarakat Adat Batak
16. Solup, takaran beras dari bambu
yang dipakai sebagai analogi
paradaton, yang bermakna dihuta
imana acara adat batak diadakan
solup/paradaton dari huta itulah
yang dipakai sebagai rujukan, atau
disebut dengan hukum tradisi
“sidapot solup do na ro
PROSESI MASUK TEMPAT ACARA ADAT
(Contoh Acara di Tempat Perempuan)
Raja Parhata/Protokol Pihak
Perempuan= PRW
Raja Parhata/Protokol Pihak Laki-laki =
PRP
Suhut Pihak Wanita = SW
Suhut Pihak Pria = SP
1. PRW meminta semua dongan tubu/
semaraganya bersiap untuk
menyambut dan menerima
kedatangan rombongan hula-hula
dan tulang
2. PRW memberi tahu kepada Hula-
hula, bahwa SP sudah siap
menyambut dan menerima
kedatangan Hula-hula
3. Setelah hula-hula mengatakan
mereka sudah siap untuk masuk,
PRW mempersilakan masuk dengan
menyebut satu persatu, hula-hula
dan tulangnya secara berurutan
sesuai urutan rombongan masuk
nanti: dimulai dar Hula-hula
Simorangkir
1. 1. Hula-hula, ……
2. Tulang, …….
3. Bona Tulang, …..
4. Tulang Rorobot, …..
5. Bonaniari, ……
6. Hula-hula namarhahamaranggi:
- a …
- b….
- c….
- dst
7.Hula-hula anak manjae, … dengan
permintaan agara mereka bersam-
sama masuk dan menyerahkan
pengaturan selanjutnya kepada
hula-hula Simorangkir
2. PR Hulahula, menyampaikan kepada
rombongan hula-hula dan tulang
yang sudah disebutkan PRW pada
III , bahwa SW sudah siap menerima
kedatangan rombongan hula-hula
dan tulang dengan permintaan agar
uduran Hula-hula dan Tulang
memasuki tempat acara , secara
bersama-sama.
Untuk itu diatur urut-urutan
uduran (rombongan) hula-hula dan
tulang yang akan memasuki
ruangan. Uduran yang pertama
adalah Hula-hula,……, diikuti
TULANG …….sesuai urut-urutan
yang disebut kan PRW pada (3).
3. MENERIMA KEDATANGAN SUHUT
PARANAK (SP).
Setelah seluruh rombongan hula-
hula dan tulang dari SW duduk
(acara 4), rombongan Paranak/SP
dipersilakan memasuki ruangan.
PRW, memberitahu bahwa tempat
untuk SP dan uduran/
rombongannya sudah disediakan
dan SW sudah siap menerima
kedatangan mereka beserta Hula-
hula , Tulang SP dan uduran/
rombongannya
4. PRP menyampaikan kepada dongan
tubu Batubara, bahwa sudah ada
permintaan dari Tobing agar
mereka memasuki ruangan.
Kepada hula-hula dan tulang
(disebutkan satu perasatu) yaitu:
1. Hula-hula, ….
2. Tulang, …..
3. Bona Tulang, ….
4. Tulang Rorobot, …..
5. Bonaniari , …..
6. Hula-hula namarhaha-marnggi:
- a…….
- b …….
- c…….
- dst
7. Hula-hula anak manjae…..
PRP memohon, sesuai permintaan
hula-hula SW agar mereka masuk
bersama-sama dengan SP. Untuk itu
tatacara dan urutan memasuki
ruangan diatur, pertama adalah
Uduran/rombongan SP& Borunya,
disusul Hula-hula….., Tulang…..dan
seterusnya sesuai urut-urutan yang
telah dibacakan PR Batubara
(Dibacakan sekali lagi kalau sudah
mulai masuk).
MENYERAHKAN TANDA MAKANAN ADAT.
(Tudu-tudu Ni Sipanganon)
Tanda makanan adat yang pokok adalah:
kepala utuh, leher (tanggalan), rusuk
melingkar (somba-somba) , pangkal paha
(soit), punggung dengan ekor (upasira),
hati dan jantung ditempatkan dalam
baskom/ember besar.
Tanda makanan adat diserahkan SP
beserta Isteri didampingi saudara yang
lain dipandu PRP, diserahkan kepada SW
dengan bahasa adat, yang intinya
menunjukkan kerendahan hati dengan
mengatakan walaupun makanan yang
dibawa itu sedikit/ala kadarnya semoga ia
tetap membawa manfaat dan berkat
jasmani dan rohani hula-hula SW dan
semua yang menyantap nya, sambil
menyebut bahasa adat : Sitiktikma si
gompa, golang golang pangarahutna, tung
so sadia (otik) pe naung pinatupa i, sai
godangma pinasuna.
MENYERAHKAN DENGKE/IKAN OLEH SW
Aslinya ikan yang diberikan adalah jenis
“ihan” atau ikan Batak, sejenis ikan yang
hanya hidup di Danau Toba dan sungai
Asahan bagian hulu dan rasanya memang
manis dan khas. Ikan ini mempunyai sifat
hidup di air yang jernih (tio) dan kalau
berenang/berjalan selalu beriringan
(mudur-udur) , karena itu disebut ;
dengke sitio-tio, dengke si mudur-udur
(ikan yang hidup jernih dan selalu
beriringan/berjalan beriringan bersama)
Simbol inilah yang menjadi harapan
kepada penganeten dan keluarganya yaitu
seia sekata beriringan dan murah rejeki
(tio pancarian dohot pangomoan).
Tetapi sekarang ihan sudah sangat sulit
didapat, dan jenis ikan mas sudah biasa
digunakan. Ikan Masa ini dimasak khasa
Batak yang disebut “naniarsik” ikan yang
dimasak (direbus) dengan bumbu tertentu
sampai airnya berkurang pada kadar
tertentu dan bumbunya sudah meresap
kedalam daging ikan itu.
MAKAN BERSAMA
Sebelum bersantap makan, terlebih
dahulu berdoa dari suhut Pria (SP) ,
karena pada dasarnya SP yang membawa
makanan itu walaupun acara adatnya di
tempat SW.
Untuk kata pengantar makan, PRP
menyampaikan satu uppasa (ungkapan
adat) dalam bahasa Batak seperti waktu
menyerahakan tanda makanan adat:
Sitiktikma si gompa, golang golang
pangarahutna
Tung, sosadiape napinatupa on, sai
godangma pinasuna.
Ungkapan ini menggambarkan kerendahan
hati yang memebawa makanan (Batubara),
dengan mengatakan walaupun makanan
yang dihidangkan tidak seberapa (pada
hal hewan yang diptong yang menjadi
santapan adalah hewan lembu atau
kerbau yang utuh), tetapi mengharapkan
agar semua dapat menikmatinya serta
membawa berkat.
Kemudian PRP mempersilakan bersantap
MEMBAGI JAMBAR/TANDA MAKANAN ADAT
Biasanya sebelum jambar dibagi, terlebih
dahulu dirundingkan bagian-bagian mana
yang diberikan SW kepada SP. Tetapi, yang
dianut dalam acara adat yaitu Solup
Batam, yang disebut dengan “JAMBAR
MANGIHUT”dimana jambar sudah
dibicarakan sebelumnya dan dalam acara
adatnya (unjuk) SW tinggal memberikan
bagian jambar untuk SP sebagai ulu ni
dengke mulak. Selanjutnya masing masing
suhut membagikannya kepada masing-
masing fungsi dari pihaknya masing-
masing saat makan sampai selesai
dibagikan
MANAJALO TUMPAK (SUMBANGAN TANDA
KASIH)
Arti harafiah tumpak adalah sumbangan
bentuk uang, tetapi melihat keberadaan
masing-masing dalam acara adat mungkin
istilah yang lebih tepat adalah tanda
kasih. Yang memberikan tumpak adalah
undangan SUHUT PRIA, yang diantarkan
ketempat SUHUT duduk dengan
memasukkannya dalam baskom yang
disediakan/ ditempatkan dihadapan
SUHUT, sambil menyalami pengenten dan
SUHUT.
Setelah selesai santap makan, PRP
meminta ijin kepada PRW agar mereke
diberi waktu untuk menerima para
undangan mereka untuk mengantarkan
tumpak (tanda kasih)
Setelah PRW mempersilakan, PRP
menyampai kan kepada dongan tubu,
boru/bere dan undangannya bahwa SP
sudah siap menerima kedatangan mereka
untuk mengantar tumpak.
etelah selesai PRP mengucapkan terima
kasih atas pemberian tanda kasih dari
para undangannya
ACARA PERCAKAPAN ADAT
MEMPERSIAPKAN PERCAKAPAN
1. RPW menanyakan Batubara apakah
sudah siap memulai percakapan,
yang dijawab oleh SP, mereka sudah
siap
2. Masing-masing PRW dan PRP
menyampaikan kepada pihaknya
dan hula-hula serta tulangnya
bahwa percakapan adat akan
dimulai, dan memohon kepada
hula-hulanya agar berkenan
memberi nasehat kepada mereka
dalam percakapan adat nanti
MEMULAI PERCAKAPAN (PINGGAN
PANUNGKUNAN) .
Pinggan Panungkunan, adalah piring yang
didalamnya ada beras, sirih, sepotong
daging (tanggo-tanggo) dan uang 4 lembar.
Piring dengan isinya ini adalah sarana dan
simbol untuk memulai percakapan adat.
PRP meminta seorang borunya
mengantar Pinggan Panungkunan itu
kepada PRW
PRW, menyampaikan telah menerima
Pinggan Panungkunan dengan
menjelaskan apa arti semua isi yang
ada dalam beras itu. Kemudian PRW
mengambil 3 lembar uang itu, dan
kemudian meminta salah seorang
borunya untuk mengantar piring itu
kembali kepada PRP
PRW membuka percakapan dengan
memulainya dengan penjelasan makna
dari tiap isi pinggan panungkunan
(beras, sirih, daging dan uang),
kemudian menanyakan kepada
Batubara makna tanda dan makanan
adat yang sudah dibawa dan
dihidangkan oleh pihak Batubara.
Akhir dari pembukaan percakapan ini,
keluarga Batubara mengatakan bahwa
makanan dan minuman pertanda
pengucapan syukur karena berada
dalam keadaan sehat, dan tujuan
Batubara adalah menyerahkan
kekurangan sinamot , dilanjutkan adat
yang terkait dengan pernikahan anak
mereka
PENYERAHAN PANGGOHI/KEKURANGAN
SINAMOT
1. Dalam percakapan selanjutnya,
setelah PRW meminta PRP
menguraikan apa/berapa yang mau
mereka serahkan , PRP memberi
tahukan kekurangan sinamot yang
akan mereka serahkan adalah sebsar
Rp…Juta, menggenapi seluruh
sinamot Rp….Juta. (Pada waktu
acara Pudun Saut, Batubara sudah
menyerahkan Rp 15 juta sebagai
bohi sinamot (mendahulukan
sebagian penyerahan sinamot di
acara adat na gok).
2. Sebelum PR TOBING mengiakan
lebih dulu RP TOBING meminta
nasehat dari Hula-hula dan
pendapat dari boru Tobing
3. Sesudah diiakan oleh PR TOBING,
selanjutnya penyerahan kekurangan
sinamot kepada suhut Tobing oleh
Batubara.
PENYERAHAN PANANDAION.
Tujuan acara ini memperkenalkan
keluarga pihak perempuan agar keluarga
pihak pria mengenal siapa saja kerabat
pihak perempuan sambil memberikan
uang kepada yang bersangkutan
Secara simbolis, yang diberikan langsung
hanya kepada 4 orang saja, yang disebut
dengan patodoan atau “suhi ampang na
opat” ( 4 kaki dudukan/pemikul bakul)
yang merupakan symbol pilar jadinya
acara adat itu. Dengan demikian biarpun
hanya yang empat itu yang dikenal/
menerima langsung, sudah mewakili
menerima semuanya. (Mungkin dapat
dianalogikan dengan pemberian tanda
penghargaan massal kepada pegawai PNS
yang diwakili 4 orang, masing-masing 1
orang dari tiap golngan I sampai golongan
IV)
Kepada yang lain diberikan dalam satu
envelope saja yang nanti akan dibagikan
Tobing kepada yang bersangkutan.
PENYERAHAN TINTIN MARANGKUP
Diberikan kepada tulang /paman
penganten pria (saudara laki ibu
penganten pria). Yang menyerahkan
adalah orang tua penganten perempuan
berupa uang dari bagian sinamot itu
Secara tradisi penganten pria mengambil
boru tulangnya untuk isterinya, sehingga
yang menerima sinamot seharusnya
tulangnya
Dengan diterimanya sebagian sinamot itu
oleh Tulang Pengenten Pria yang disebut
titin marangkup, maka Tulang Pria
mengaku penganten wanita, isteri
ponakannya ini, sudah dianggapnya
sebagai boru/putrinya sendiri walaupun
itu boru dari marga lain.
PEMBERIAN ULOS oleh Pihak Perempuan.
Dalam Adat Batak tradisi lama atau religi
lama, ulos merupakan sarana penting bagi
hula-hula, untuk menyatakan atau
menyalurkan sahala atau berkatnya
kepada borunya, disamping ikan, beras
dan kata-kata berkat. Pada waktu
pembuatannya ulos dianggap sudah
mempunyai “kuasa”. Karena itu,
pemberian ulos, baik yang memberi
maupun yang menerimanya tidak
sembarang orang , harus mempunyai alur
tertentu, antara lain adalah dari Hula-
hula kepada borunya, orang tua kepada
anank-anaknya. Dengan pemahaman iman
yang dianut sekarang, ulos tidak
mempunyai nilai magis lagi sehingga ia
sebagai simbol dalam pelaksaan acara
adat.
Ujung dari ulos selalu banyak rambunya
sehingga disebut “ulos siganjang/sigodang
rambu”(Rambu, benang di ujung ulos yang
dibiarkan terurai)
Pemberian Ulos sesuai maknanya adalah
sebagai berikut:
Ulos Namarhadohoan
No Uraian Yang Menerima Keterangan
A Kepada Paranak
1. Pasamot/Pansamot Orang tua pengenten
pria
2. Hela Pengenten
B Partodoan/Suhi Ampang Naopat
1. Pamarai Kakak/Adek dari ayah
pengenten pria
2. Simanggokkon Kakak/Adek dari
pengenten pria
3. Namborunya Saudra perempuan dari
ayah pengenten pria
4. Sihunti Ampang Kakak/Adek perempuan
dari pengenten pria
Ulos Kepada Pengenten
No Uraian Yang Mangulosi
A Dari Parboru/Partodoan
1. Pamarai 1 lembar, wajib Kakak/Adek
dari ayah pengenten wanita
2. Simandokkon Kakak/Adek laki-laki dari
pengenten wanita
3. Namborunya (Parorot) Iboto dari ayah
pengenten wanita
4. Pariban Kakak/Adek dari pengenten
wanita
B Hula-hula dan Tulang Parboru
1. Hula-hula 1 lembar, wajib
2. Tulang 1 lembar, wajib
3. Bona Tulang 1 lembar, wajib
4. Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib
C Hula-hula dan Tulang Paranak
1. Hula-hula 1 lembar, wajib
2. Tulang 1 lembar, wajib
3. Bona Tulang 1 lembar, wajib
4. Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib
MANGUNJUNGI ULAON (Menyimpulkan
Acara Adat)
1. Manggabei (kata-kata doa dan
restu) dari pihak SW Berupa kata-
kata pengucapan syukur kepada
Tuhan bahwa acara adat sudah
terselenggara dengan baik:
a. Ucapan terima kasih kepada
dongan tubu dan hula-hulanya
b. Permintaan kepada Tuhan agar
rumah tangga yang baru diberkati
demikian juga orang tua pengenten
dan saudara Batubara yang lainnya
2. Mangampu (ucapan terima kasih)
dari pihak SP
Ucapan terima kasih kepada semua
pihak baik kepada hula-hula SW
maupun kepada SP atas
terselenggaranya acara adat nagok
ini.
3. Mangolopkon (Mengamenkan) oleh
Tua-tua/yang dituakan di Kampung
itu
Kedua suhut Tobing dan Batubara,
menyediakan piring yang diisi beras
dan uang ( biasanya ratusan lembar
pecahan Rp1.000 yang baru)
kemudian diserahkan kepada Rja
Huta yang mau mangolopkon Raja
Huta berdiri sambil mengangkat
piring yang berisi beras dan uang
olop-olop itu. Dengan terlebih
dahulu menyampaikan kata-kata
ucapan Puji Syukur kepada Tuhan
Karen kasih-Nya cara adat rampung
dalam suasan dami (sonang so
haribo-riboan) serta restu dan
harapan kemudian diahiri , dengan
mengucapkan : olop olop, olop olop,
olop olop sambil menabur kan beras
keatas dan kemudian membagikan
uang olop-olop itu.
4. itutup dengan doa / ucapan syukur
Akhirnya acara adat ditutup dengan
doa oleh Hamba Tuhan.Sesudah
amin, sam-sam mengucapkan:
horas ! horas ! horas !
5. Bersalaman untuk pulang,, suhut na
niambangan Batubara menyalami
Suhut Tobing
CATATAN:
Sekarang ini ada yang melaksanakan acara
paulak une dan maningkir tangga
langsung setelah acara adat ditempat
acara adat dilakukan, yang mereka
namakan “Ulaon Sadari”

2 komentar:

  1. sungguh sangat membantu untuk para calon pengantin mengenai Adat Istiadat dan Pernikahan adat istiadat Batak .

    selain mengenai adat pernikahan, ada yang tidak kalah pentingnya loh guys.
    persiapan undangan souvenir dan mahar pun juga sama pentingnya !!

    Anaria Wedding akan membantu persiapan pra nikah anda sebagai calon pengantin tak perlu bingung.
    Anaria Wedding membantu menjawab semua keperluan anda mulai dari Undangan, Souvenir, Mahar, dan Hantaran/Seserahan
    kami melayani konsultasi gratis
    segera hubungi team kami

    Salama :
    WA/Tlf 0856 4591 3004
    http://souvenirnikah.co.id

    BalasHapus
  2. Haloo, aku mau bagi pengalaman pernikahan kakakku. Jadi waktu itu kakakku dan pasangannya sibuk kerja kan jadi memang susah untuk ngurusin sendiri, nah karena kakakku nyari tempat pernikahan yang memang aksesnya mudah jadi dia nyari yang tengah2 dan ga terlalu macet. Akhirnya kakakku mutusin buat nikah di Elnusa, letaknya kalau ga salah di Tb.Simatupang deket Citos. Nah disana ternyata sudah ada paketan weddingnya juga dan sudah ada WOnya. Waktu itu kakakku dibantu sama Kak Ali, nah disana bener2 dibantuin dari awal sampe akhiir. Walaupun kakakku dan pasangannya sibuk kerja tapi urusan pernikahannya ga sampai keteteran karena bener2 dibantuin. Jadi disana itu udah semua2nya diurusin, kakakku tinggal ngurusin souvernir dan undangan aja. Bahkan ada Wedding Plannernya gitu yang mengatur jadwal kakakku untuk visit2 vendor dan testfood, jadi bener2 bikin kakakku ga pusing mikirin pernikahannya. Dari awal kakakku persiapan acara sampai akhir acara bener2 ga dilepas sama WOnya, dan hal itu ngebuat mamahku ga terlalu banyak ikut campur. Jujur Pelayanannya bener2 bagus, walaupun kakakku dan pasangannya kadang suka banyak maunya tapi tuh kayak diturutin terus gituu. Alhamdulillah keluargaku dan kakakku puas sih nikah di HIS Graha Elnusa. Kalo kalian berminat aku ada nih kontaknya yang waktu itu bantuin kakakku, namanya Kak Ali, nomornya 087884761964. Semoga bisa membantu kaliaan

    BalasHapus

TAPANULI NADEGES BLOGNYA ORANG TAPANULI

Masyarakat Tapanuli juga bisa berperan dalam mengirimkan berita tentang tapanuli, baik itu budaya, adat istiadat, peristiwa alam, perjalanan, maupun karya seni seperti photo video, cerpen dll. dapat dikirimkan ke email: tapanulinadeges@gmail.com http://tapanulinadeges.blogspot.com/2013/11/mari-kirimkan-karyamu-ke-tapanuli.html

Tapanuli Tanah yang kaya dan masyarakatnya beradat
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh