Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Sabtu, 30 Maret 2013

Masjid Raya Medan (maimun)


Masjid Raya Medan
Letak
Medan, Sumatera Utara, Indonesia
Afiliasi agama
Islam
Deskripsi arsitektur
Jenis arsitektur
Masjid
Pembukaan tanah
1906
Tahun selesai
1909
Spesifikasi
Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al
Mashun merupakan sebuah masjid yang
terletak di Medan, Indonesia. Masjid ini
dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada
tahun 1909. Pada awal pendiriannya, masjid
ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya
arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan
Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan
dan memiliki sayap di bagian selatan, timur,
utara dan barat.
Sejarah pembangunan
Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam
sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai
pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada
tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H).
Keseluruhan pembangunan rampung pada
tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329
H) sekaligus digunakan ditandai dengan
pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid
ini. keseluruhan pembangunannya
menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden.
Sultan memang sengaja membangun mesjid
kerajaan ini dengan megah, karena menurut
prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang
kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun.
Pendanaan pembangunan masjid ini
ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon
Tjong A Fie, tokoh kota medan dari etnis
Thionghoa yang sejaman dengan Sultan
Ma’mun Al Rasyd turut berkontribusi mendanai
pembangunan masjid ini
↑Kembali Ke Bagian Sebelumnya
Arsitektural
Pada awalnya Masjid Raya Al Mashun di
rancang oleh Arsitek Belanda Van Erp yang
juga merancang istana Maimun, namun
kemudian proses-nya dikerjakan oleh JA
Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke
pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk bergabung dalam proses restorasi candi
Borobudur di Jawa Tengah. Sebagian bahan
bangunan diimpor antara lain: marmer untuk
dekorasi diimpor dari Italia, Jerman dan kaca
patri dari Cina dan lampu gantung langsung
dari Prancis.
Interior Masjid Raya Medan
JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid
ini dengan denah simetris segi delapan dalam
corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan
Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi
delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam
yang unik tidak seperti masjid masjid
kebanyakan. Di ke empat penjuru masjid
masing masing diberi beranda dengan atap
tinggi berkubah warna hitam, melengkapi
kubah utama di atap bangunan utama masjid.
Masing masing beranda dilengkapi dengan
pintu utama dan tangga hubung antara
pelataran dengan lantai utama masjid yang
ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi
mihrab.
Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang
utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan
menara. Ruang utama, tempat sholat,
berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada
sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’
serambi kecil yang menempel dan menjorok
keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi
pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-
kaca patri yang sangat berharga, sisa
peninggalan art nouveau periode 1890-1914,
yang dipadu dengan kesenian Islam. Seluruh
ornamentasi di dalam mesjid baik di dinding,
plafon, tiang-tiang, dan permukaan
lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga
dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-
masing beranda terdapat tangga. Kemudian,
segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil
dengan empat gang pada keempat sisinya,
yang mengelilingi ruang sholat utama.[1]
Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela
tak berdaun yang berbentuk lengkungan-
lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik
beranda dan jendela-jendela lengkung itu
mengingatkan disain bangunan kerajaan-
kerajaan Islam di Spanyol pada Abad
Pertengahan. Sedangkan kubah mesjid
mengikuti model Turki, dengan bentuk yang
patah-patah bersegi delapan. Kubah utama
dikitari empat kubah lain di atas masing-
masing beranda, dengan ukuran yang lebih
kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita
pada Mesjid Raya Banda Aceh. Di bagian
dalam masjid, terdapat delapan pilar utama
berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi
untuk menyangga kubah utama pada bagian
tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer
dengan atap kubah runcing. Gerbang mesjid
ini berbentuk bujur sangkar beratap datar.
Sedangkan menara mesjid berhias paduan
antara Mesir, Iran dan Arab.

Dikutip dari Wikipedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAPANULI NADEGES BLOGNYA ORANG TAPANULI

Masyarakat Tapanuli juga bisa berperan dalam mengirimkan berita tentang tapanuli, baik itu budaya, adat istiadat, peristiwa alam, perjalanan, maupun karya seni seperti photo video, cerpen dll. dapat dikirimkan ke email: tapanulinadeges@gmail.com http://tapanulinadeges.blogspot.com/2013/11/mari-kirimkan-karyamu-ke-tapanuli.html

Tapanuli Tanah yang kaya dan masyarakatnya beradat
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh