Sejarah Tapanuli Selatan
Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan
disebut AFDEELING PADANGSIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang Residen yang
berkedudukan di Padangsidimpuan.
Afdeeling Padangsidimpuan dibagi atas 3 onder afdeeling,
masing-masing dikepalai oleh seorang Contreleur dibantu oleh masing-masing
Demang, yaitu :
Onder Afdeeling Angkola dan Sipirok, berkedudukan di
Padangsidimpuan. Onder ini dibagi atas 3 onder distrik, masing-masing dikepalai
oleh seorang Asisten Demang, yaitu :
a. Distrik Angkola,
berkedudukan di Padangsidimpuan;
b. Distrik Batang
Toru, berkedudukan di Batang Toru;
c. Distrik Sipirok,
berkedudukan di Sipirok;
Onder Afdeeling Padang Lawas, berkedudukan di Sibuhuan.
Onder ini dibagi atas 3 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang
Asisten Demang, yaitu :
a. Distrik Padang
Bolak, berkedudukan di Gunung Tua;
b. Distrik Barumun
dan Sosa, berkedudukan di Sibuhuan;
c. Distrik Dolok,
berkedudukan di Sipiongot;
Onder Afdeeling Mandailing dan Natal, berkedudukan di
Kotanopan. Onder ini dibagi atas 5 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh
seorang Asisten Demang, yaitu :
a. Distrik
Panyabungan, berkedudukan di Panyabungan;
b. Distrik Kota
Nopan, berkedudukan di Kota Nopan;
c. Distrik Muara
Sipongi, berkedudukan di Muara Sipongi;
d. Distrik Natal,
berkedudukan di Natal;
c. Distrik Batang
Natal, berkedudukan di Muara Soma;
Tiap-tiap onder distrik dibagi atas beberapa Luhat yang
dikepalai oleh seorang Kepala Luhat (Kepala Kuria) dan tiap-tiap Luhat dibagi
atas beberapa kampung yang dikepalai oleh seorang Kepala Hoofd dan dibantu oleh
seorang Kepala Ripo apabila kampung tersebut mempunyai penduduk yang besar
jumlahnya. Daerah Angkola Sipirok dibentuk menjadi suatu Kabupaten yang
dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Daerah
Padang Lawas dijadikan suatu Kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati berkedudukan
di Gunung Tua. Bupati pertamanya adalah Parlindungan Lubis dan kemudian Sutan
Katimbung. Daerah Mandailing Natal dijadikan suatu Kabupaten dikepalai seorang
Bupati berkedudukan di Panyabungan. Bupati pertamanya adalah Junjungan Lubis
dan kemudian Fachruddin Nasution.
Sesudah tentara Belanda memasuki kota Padangsidimpuan dan
Gunung Tua, daerah administrasi pemerintahan masih tetap seperti biasa, hanya
kantor Bupati dipindahkan secara gerilya ke daerah yang aman yang belum
dimasuki oleh Belanda. Setelah RI menerima kedaulatan pada akhir tahun 1949,
maka pembagian Daerah Administrasi Pemerintahan mengalami perubahan pula.
Semenjak awal tahun 1950 terbentuklah Daerah Tapanuli Selatan dan seluruh
pegawai yang ada pada kantor Bupati Angkola Sipirok, Padang Lawas dan
Mandailing Natal ditentukan menjadi pegawai Kantor Bupati Kabupaten Tapanuli
Selatan yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Pada periode Bupati KDH Tapanuli
Selatan dipegang oleh Raja Junjungan Lubis, terjadi penambahan 6 kecamatan
sehingga menjadi 17 kecamatan. Penambahan kecamatan tersebut antara lain :1. Kecamatan Batang Angkola berasal dari sebagian
Kecamatan Padangsidimpuan dengan ibu negerinya Pintu Padang.
2. Kecamatan
Siabu berasal dari sebagian Kecamatan Panyabungan dengan ibu negerinya Siabu.
3. Kecamatan
SD Hole berasal dari sebagian Kecamatan Sipirok dengan ibu negerinya
Sipagimbar.
4. Kecamatan
Sosa berasal dari sebagian Kecamatan Barumun dengan ibu negerinya Pasar Ujung
Batu.
5. Kecamatan
Barumun Tengah berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak dengan ibu
negerinya Binanga.
Sejak tanggal 30
Nopember 1982, wilayah Padangsidimpuan dimekarkan menjadi Kecamatan Psp. Timur,
Psp. Barat, Psp Utara dan Psp. Selatan dimana Kecamatan Psp. Utara dan Psp.
Selatan dibentuk menjadi Kota Administratif Padangsidimpuan (PP Nomor 32 Tahun
1982).
Pada tahun 1992
Kecamatan Natal dimekarkan menjadi 3 Kecamatan yaitu : 1. Kecamatan Natal
dengan ibukota Natal, 2. Kecamatan Muara Batang Gadis dengan ibukotanya
Singkuang, 3. Kecamatan Batahan dengan ibukotanya Batahan. Pada tahun 1992 itu
juga dibentuk Kecamatan Siais dengan ibukotanya Simarpinggan yang berasal dari
sebagian Kecamatan Psp. Barat. Kemudian pada tahun 1996 sesuai dengan PP. RI
No. 1 Tahun 1996 tanggal 3 Januari 1996 dibentuk Kecamatan Halongonan dengan
ibukotanya Hutaimbaru, yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Padang Bolak.
Dengan terbitnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 1998 dan disyahkan pada tanggal 23 Nopember 1998 tentang pembentukan
Kabupaten Mandailing Natal maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 2
Kabupaten, yaitu Kabupaten Mandailing Natal (Ibukota Panyabungan) dengan jumlah
daerah Administrasi 8 Kecamatan dan Kabupaten Tapanuli Selatan (Ibukotanya
Padangsidimpuan) dengan jumlah daerah administrasi 16 Kecamatan. Sampai dengan
tahun ini, Kabupaten Tapsel telah dimekarkan menjadi 1 kota (Padang Sidimpuan)
dan 3 Kabupaten (Mandailing Natal, dan yang terbaru dengan UU No 37/2007 dan UU
38/3007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Padang
Lawas).
Kepada Yth
BalasHapusBapak Syahrul M Pasaribu S.H.
Bupati Tapanuli Selatan di Sipirok.
Dalam rangka mengenang kembali Perjuangan Bangsa Indonesia membebaskan diri dari
penjajahan Belanda silam, juga sekaligus ikut memperingati 72 tahun Angkatan Bersen-
jata RI, maka bersama ini saya kirimkan tulisan tentang “Anak Tapanuli”, yang bernama
M.D.Harahap (H.M.D Harahap S.H) sebagai berikut:
Blogspot
http://anaktapanuliselatan.blogspot.co.id/
atau WordPress
https://rusliharahap.wordpress.com/2012/06/25/anak-tapanuli/
M.D.Harahap kala itu ialah Wedana NRI (Negara Repubil Indonesia) di kota Sipirok, dan
pada tahun 1949, menjadi pelaksana Serah Terima kekuasaan sipil NRI dari Belanda yang
diwakili Kortoir PBA (Plaatselijk Bestuurs Adviseur) ketika itu berkedudukan di Padang
Sidemouan, disaksikan KTN (Komisi Tiga Negara) dan puluhan ribu warga Sipirok.
Beliau juga pernah menjadi Residen di Hollandia (Jayapura) pada zaman UNTEA di Irian
Barat. M.D.Harahap paman saya, wafat tahun 2001 di Jakarta, dan sejalan wasiatnya, beli-
au dimakamkan di Hanopan di dalam Bale, dekat sebuah tugu. H.M.Rusli Harahap, email:
rusli.harahap@gmail.com. Tel: 021-74631125.