Abu Bakar As-Siddiq yang lembut hati - sebuah biografi dan
studi analisi tentang permulaan sejarah islam sepeninggalan Nabi s.a.w. oleh
Muhammad Husain Haekal (Part 1 - Prakata)
PRAKATA
Semua peristiwa
sejarah dunia Islam catatannya didasarkan pada hijrah Nabi dari Mekah ke
Medinah. Rahasia diambilnya peristiwa
besar ini sebagai permulaan sejarah Islam, karena waktu itulah permulaan
Allah memberikan kemenangan kepada Rasul-Nya dalam menghadapi mereka yang mcmerangi risalahnya
di tanah suci itu. Kemudian mereka
melakukan perbuatan-perbuatan makar hendak membunuhnya. Dalam hijrah itu hanya
Abu Bakr sendiri saja yang menemani Rasulullah. Dalam sakitnya yang terakhir
dan ketika sudah tidak kuat lagi mengimami salat, Rasulullah
meminta Abu Bakr bertindak memimpin salat itu menggantikannya. la tidak ingin
tempat ini dipegang oleh Umar bin Khattab.
Nabi memilih Abu Bakr dalam hijrah dan salat
Dipilihnya Abu Bakr
menemaninya ketika hijrah dan mengimami salat menggantikannya, karena Abu Bakr
Muslim pertama yang beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah, dan demi
imannya itu pula dialah yang paling
banyak berkorban. Sejak masuk Islam besar
sekali hasratnya hendak membantu Nabi dalam berdakwah demi agama
Allah dan membela kaum Muslimin. la lebih mencintai Rasulullah daripada dirinya sendiri,
mendampinginya selalu dalam setiap
peristiwa. Di samping itu, di samping iman yang begitu teguh akhlaknya pun sudah mendekati kesempurnaan,
cintanya begitu besar kepada orang lain,
paling dekat dan akrab kepada mereka.
Jika demikian halnya,
tidak heran bila Muslimin kemudian mengangkatnya sebagai pengganti Rasulullah.
Memang, tidak heranlah dengan sikapnya itu ia membela Islam dan menyebarkan
agama Allah di muka bumi ini. Dialah
yang telah memulai sejarah lahirnya kedaulatan1
Islam, (1 Pengertian kedaulatan
di sini dan di bagian-bagian lain dalam buku ini merupakan terjemahan kata bahasa Arab
imbaraturiyah, 'sebuah kedaulatan besar, luas
dan banyak jumlahnya, dengan kekuatan yang besar meliputi bcrbagai macam
bangsa, golongan, ras) yang kemudian
menyebar di timur dan di barat, ke India dan
Tiongkok di Asia, ke Maroko dan Andalusia di Afrika dan Eropa, dan
yang kemudian mengarahkan kebudayaan umat manusia ke suatu
tujuan, yang pengaruhnya di seluruh dunia masih terasa sampai sekarang.
Sebuah studi tentang kedaulatan Islam
Selesai menulis kedua
buku saya, Sejarah Hidup Muhammad dan Fi Manzilil-Wahy ("Di Lembah
Wahyu,") terlintas dalam pikiran
saya hendak mengadakan beberapa studi lagi mengenai sejarah kedaulatan Islam sejagat ini, serta
sebab-sebab kebesaran dan kemundurannya.
Tetapi dalam hal ini saya tergoda oleh suatu
pemikiran bahwa kedaulatan Islam ini adalah hasil ajaran-ajaran dan
tuntunan Nabi juga. Dalam melakukan studi sejarah Nabi Sallallahu
'alaihi wasallam dan melihat hasil studi ini yang memang indah, yang
sudah sepatutnya akan mcngantarkan langkah umat manusia ke arah kebudayaan yang selama ini didambakan,
maka dalam mengadakan studi kedaulatan
ini serta perkembangannya, lebih besar
lagi hasrat kita hendak mengambil teladan dan ajaran-ajaran
Rasulullah sebagai pangkal bertolak. Hal
ini akan mempermudah kita
memperolch pengetahuan baru
mengenai kehidupan yang begitu cemcrlang
dan agung. Para ahli rasanya akan lebih puas dengan apa yang pernah saya imbau
agar kita lebih mendalami kenyataankenyataan
psikologis di samping rohani yang terkandung di dalamnya. Ilmu pengetahuan dengan segala sarananya, dengan
segala dalil yang pernah dikemukakan,
belum dapat membuktikan, juga tak dapat menafikan. Padahal itu merupakan dasar kebahagiaan hidup
umat manusia dan sekaligus menjadi juru kemudinya.
Terdorong oleh
pemikiran semacam itu, saya yakin bahwa pengenalan kita pada masa lampau dengan
sendirinya akan memberikan gambaran masa depan, dan sekaligus membimbing upaya
kita ke arah tujuan yang sesuai dengan
kodrat kita sebagai manusia. Masa lampau, masa
sekarang dan masa depan merupakan satu kesatuan yang tak tcrpisahkan. Mengenai masa lampau adalah suatu
langkah untuk mencntukan diagnosis yang
tepat masa sekarang serta mengatur masa yang akan datang. Sama halnya dengan
pengetahuan seorang dokter mengenai masa lampau penyakit penderitanya, yakni
langkah paling baik untuk membuat
diagnosis serta cara pengobatannya.
dan kebudayaan yang beraneka warna', (al-Mu'jam al-Kabir); imperium (Latin) atau
empire (Inggris), di Rumawi kuno,
kedaulatan di tangan seorang pemimpin militer tertinggi; kekuasaan tertinggi,
kedaulatan mutlak, absolut, kedaulatan kekaisaran' Webster's New Twentienth Century Dictionary.
Pnj.
Masa sekarang yang telah dilahirkan oleh kedaulatan
Islam, dalam arti khusus meliputi semua
bangsa berbahasa Arab, dan mereka yakin
pula bahasa mereka mempunyai hubungan atau nasab dengan penduduk jazirah itu,
dan Mesir merupakan pusat lingkaran
bangsa-bangsa itu: dikelilingi oleh Palestina, Suria dan Irak di sebelah
timur; Tripoli, Tunis, Aljazair dan Maroko di sebelah barat. Dalam
arti umum, sekarang meliputi
semua bangsa yang beragama Islam di
Asia, Afrika dan Eropa. Sudah tentu studi tentang masa lampau kedaulatan Islam yang selalu mempersatukan
bangsa-bangsa itu semua akan menjadi
pusat perhatian bersama dan masing-masing yang
melihat wajahnya ke masa empat
belas abad silam itu akan tampak dalam
studi ini. Dengan demikian akan kita ketahui pula faktor-faktor yang telah menyebabkan wajah itu ternoda
sampai menjadi rusak, dan dengan
pengetahuan itu kita akan mencarikan jalan bagaimana wajah itu
hams kita kembalikan kepada keagungannya semula, kepada keindahannya
yang memang begitu cemerlang.
Sementara saya sedang memikirkan hal ini dan segala
sesuatunya yang berhubungan dengan itu, beberapa pihak yang pernah
memperlihatkan rasa simpatinya
terhadap buku Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) mendorong saya untuk
membuat juga studi mengenai biografi pengganti-penggantinya yang mula-mula, dan
secara khusus menulis biografi yang menyeluruh mengenai beberapa pahlawan
Islam masa itu, untuk setiap orang ditulis sebuah biografi tersendiri. Kalaupun keinginan teman-teman
itu memang mcnyenangkan saya dan juga
berkenan di hati, saya sungguh prihatin
atas apa yang mereka harapkan itu; suatu hal yang tak akan cukup upaya untuk menyelesaikannya, dan hanya akan
menjadi beban yang berat bagi mereka
yang sama-sama membantu.
Kenapa dimulai dari biografi Abu Bakr
Biografi Umar bin
Khattab misalnya, yang banyak dibicarakan
orang, karena mereka melihat bahwa sejarah Umar itu adalah titik gemilang dalam wajah sejarah Islam. Dalam hal
ini saya berkata dalam hati: kalau begitu kenapa tidak saya mulai
dengan sejarah Abu Bakr saja, dengan
membuat studi dan mengemukakannya seperti yang
sudah saya lakukan dengan Sejarah Hidup Muhammad? Abu Bakr, sahabat dekat Muhammad, orang yang paling
banyak berhubungan dengan dia, di samping memang orang yang paling setia dan
paling banyak mengikuti ajaranajarannya. Di samping itu ia memang orang yang sangat ramah dan lembut hati, dan karena
dia jugalah puluhan dan ratusan ribu
Muslimin tersebar ke segenap penjuru, Juga, dengan segala kelembutannya itu dia adalah Khalifah
pertama. Dialah yang telah memperkuat Islam
kcmbali tatkala orang-orang Arab yang murtad mencoba mau menggoyahkan sendi-sendi Islam, di samping
juga dialah yang telah merintis
penyebaran Islam ke luar dan merintis pula kedaulatannya.
Jika terlaksana maksud saya menulis sejarah hidupnya
seperti yang saya harapkan, kiranya saya
sudah juga membuka jalan ke arah penulisan sejarah kedaulatan ini seluruhnya
atau sebagiannya. Dengan demikian, apa
yang dikehendaki Allah agar tujuan yang agung ini disampaikan, kiranya sudah saya penuhi, dan
sekaligus memperlancar jalan buat mereka yang ingin meneruskan atau memulai
dari pertama ke arah yang lebih sempurna.
Kebesarannya
Sekiranya usaha saya
ini terhenti hanya pada sejarah hidup Abu
Bakr saja, rasanya itu pun sudah cukup memadai dan dengan itu hati saya merasa senang juga. Untuk meyakinkan,
cukup kiranya kita mengikuti apa yang
terjadi pada masa Khalifah pertama itu. Apa
yang diceritakan oleh para ahli
sejarah mengenai kejadian-kejadian masa
itu, dengan segala kebcsaran jiwanya yang kita lihat, sungguh mengejutkan kita, bahkan mengagumkan sekali,
atau lebih dari itu, menimbulkan rasa
hormat. Malah saya khawatir kalau sampai hal itu dapat menjurus pada pemujaan. Kita memang
tidak melihat jelas-jclas pcngertian
scmacam itu dalam buku-buku lama mana pun. Tetapi jalannya segala peristiwa
dalam sumbcr-sumber itu, kalaupun tidak
sampai menerjemahkannya bulat-bulat, setidak-tidaknya sudah memperlihatkan semua kcnyataan itu dengan
jelas sekali.
Laki-laki yang begitu rendah hati itu, begitu mudah
tcrharu, begitu halus perasaannya,
bergaul dengan ofang-orang papa, dengan
mereka yang lemah dalam dirinya terpendam suatu kekuatan yang dahsyat sekali. Dengan kemampuan yang luar
biasa dalam membina tokoh-tokoh serta
dalam menampilkan posisi dan bakat mereka, ia tak kenal ragu, pantang mundur. Ia mendorong
mereka terjun ke dalam lapangan yang
bcrmanfaat untuk kepentingan umum, menyalurkan
segala kekuatan dengan kemampuan yang telah dikaruniakan Allah kepada
mereka.
Di manakah terpendamnya sifat genius dalam diri Abu Bakr
itu selama masa Rasulullah dulu?
Kembali ingatan saya
pada sejarah Abu Bakr sebelum menjadi
Khalifah. Bila saya tampilkan kembali peranannya di samping Rasulullah, maka tampak ia dengan
keagungannya itu dalam warna baru
sebagai lingkaran cahaya kebesaran yang seimbang ketika ia berada di samping kebesaran dan keagungan
Rasulullah. Tetapi semua itu baru tampak jelas di depan mata saya tatkala saya
bandingkan dengan sahabat-sahabat
Rasulullah yang lain serta pengikut-pengikutnya dari kalangan Muslimin. Betapa pula peranan mereka
itu di sisi kebesaran dan keagungannya dengan peranannya pada
masa risalah, dan ketika orang-orang Kuraisy begitu hebat
memusuhi dan mengganggu Rasulullah,
ketika tcrjadi peristiwa Isra, kemudian waktu hijrah, lalu dalam mcnghadapi
intrikintrik orang-orang Yahudi di
Yasrib (Medinah)?!
Peristiwa-peristiwa itu saja rasanya cukup sudah untuk
dijadikan dasar penulisan sejarah hidupnya, untuk dicatatkan namanya dalam sebuah catatan yang abadi. Sungguhpun begitu,
kebesaran Abu Bakr adalah kebesaran yang tanpa suara, kebesaran yang tak mau
berbicara tentang dirinya, sebab, itu adalah kebesaran jiwa, kebesaran
iman yang sungguh-sungguh kepada Allah dan kepada wahyu
yang disampaikan kepada. Rasulullah Sallallahu
'alaihi wasallam.
Pandangan yang jauh dan tepat
Kemudian apa lagi!
Kemudian jalamrya peristiwa demi peristiwa pada masa Abu Bakr itu sudah menjadi
saksi pula buat dia akan pendapatnya
yang tepat serta pandangannya yang jauh. Ketika terpikir akan memasuki Persia dan Rumawi, setelah
merasa lega melihat keadaan kaum
Muslimin sudah lepas dari Perang Riddah di kawasan Arab, ia melihat prinsip persamaan dalam
ajaran Islam itu sebagai kekuatan baru
yang tak akan dapat dilawan baik oleh Persia maupun oleh Rumawi. Prinsip ini tentu akan menarik
hati semua orang dalam kedua imperium
itu, yang selama ini berjalan atas dasar kekuasaan pribadi atau menurut sistem
raja-raja kecil dan atas perbedaan-perbedaan
kelas. Betapapun besarnya
persediaan dan perlengkapan
manusia dan kekuatan
pada kedua imperium itu,
namun konsep persamaan dan
keadilan akan lebih kuat dari segala
kekuatan. Kedaulatan yang bcrlaku, yang didasarkan atas konsep ini, dengan asas keadilan, akan lebih menarik hati
rakyat. Meskipun antara dia dengan
sementara sahabat-sahabat terkemuka ada perbedaan pcndapat, tetapi tidak sampai menghalangi
maksudnya hendak menyerbu Irak dan
Syam.1 (1 Meliputi Suria, Libanon, Palestina dan Yordania sekarang. Pnj.) Perintah untuk menyerbu itu dikeluarkan
dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan bantuan dan pertolongan selalu.
Oleh karena itu ia berpesan kepada sctiap pimpinan pasukan agar tetap berpegang
teguh pada prinsip persamaan dan
keadilan dan jangan menyimpang sedikit pun.
Dari celah-celah peristiwa yang telah diungkapkan oleh para
ahli sejarah dahulu itu perangai demikian ini tampak jelas sekali, walaupun pemerintahan Abu Bakr itu waktunya
sangat pendek. Ditambah lagi dengan apa
yang ditulis oleh kalangan Orientalis,
tampak lcbih jelas lagi, seperti beberapa ulasan yang dapat kita
baca dalam buku-buku mereka serta
usahanya hendak menafsirkan beberapa peristiwa itu. Perangai inilah, yang dalam
waktu begitu pendek itu ia memikul tanggung jawab Muslimin, patut mendapat
catatan tersendiri, dengan jati dirinya serta pembentukan pribadinya yang dapat
dilukiskan secara lebih khas dan
lengkap.
Ciri khas masa Abu Bakr
Memang saya
sederhanakan tatkala saya sebutkan bahwa masa
(periode) pemerintahan Abu Bakr punya jati diri dan bentuknya sendiri yang sempurna, yaitu dalam
hubungannya dengan masa Rasulullah
sebelum itu dan dengan masa Umar sesudahnya, yang ditandai dengan suatu ciri khas. Masa
Rasulullah adalah masa wahyu dari Allah.
Allah telah menyempurnakan agama itu untuk umat
manusia, telah mclengkapinya dengan karunia-Nya dan dengan Islam sebagai agama yang dipilihkan-Nya untuk
mereka. Sedang masa Umar ialah masa pembentukan hukum yang dasardasarnya sudah
ditertibkan dengan kedaulatan yang sudah mulai berjalan lancar. Sebaliknya masa
Abu Bakr adalah masa pcralihan yang sungguh sulit dan rumit, yang bcrtalian
dengan kedua masa itu; namun berbeda
dengan kedua masa itu. Bahkan berbeda dari setiap masa
yang pernah dikcnal orang dalam sejarah hukum dan ketertibannya serta dalam sejarah agama-agama dan
penyebarannya.
Mengatasi kesulitan
Dalam masa transisi
yang sangat kritis ini Abu Bakr dihadapkan pada kesulitan-kcsulitan yang begitu
besar sehingga pada saat-saat permulaan itu
timbul kekhawatiran yang dirasakan oleh seluruh umat Muslimin.
Setelah semua itu
dapat diatasi berkat kekuatan imannya, dan
untuk waktu berikutnya Allah telah memberikan sukses dan kemenangan, datang Umar memegang tampuk
pimpinan umat Islam. Ia memimpin mereka dengan berpegang pada keadilan yang
sangat ketat serta memperkuat
pemerintahannya sehingga negara-negara lain tunduk setia kepada kekuasaannya.
Memang, telah timbul kekhawatiran di kalangan umat
melihat kesulitan yang dihadapi Abu Bakr
itu. Sebabnya ialah wilayah Arab yang
pada masa Rasulullah sudah tuntas kesatuannya, tiba-tiba jadi goncang begitu RasuluUah wafat. Bahkan
gejala-gejala kegoncangan itu memang sudah mulai mengancam sebelum
RasuluUah berpulang. Musailimah bin Habib di Yamamah mendakwakan diri nabi dan
mengirim delegasi kepada Nabi di Medinah dengan menyatakan bahwa Musailimah juga nabi seperti Muhammad
dan bahwa "Bumi ini separuh buat
kami dan separuh buat Kuraisy; tetapi Kuraisy adalah golongan yang tidak suka berlaku adil."
Juga Aswad Ansi di Yaman mendakwakan
diri nabi dan tukang sihir, mengajak orang dengan sembunyi-sembunyi. Setelah merasa dirinya
kuat ia pergi ke dacrah selatan lalu
mengusir wakil-wakil Muhammad, lalu terus ke Najran. Ia hendak menyebarkan pengaruhnya di kawasan
ini. Muhammad mengutus orang kepada
wakilnya di Yaman dengan perintah supaya
mengepung Aswad atau membunuhnya. Soalnya karena orang Arab yang sudah beriman dengan ajaran tauhid dan
sudah meninggalkan penyembahan berhala,
tak pernah membayangkan bahwa kesatuan
agama mereka telah disusul oleh
kesatuan politik. Malah banyak di antara
mereka yang masih rindu ingin kembali kepada kepercayaan lamanya. Itu sebabnya, begitu mereka
mendengar RasuluUah wafat mereka menjadi murtad, dan banyak di antara kabilah
itu yang menyatakan tidak lagi tunduk pada kekuasaan Medinah. Mereka menganggap membayar zakat itu sama dengan keharusan
pajak. Oleh karena itu mereka menolak.
Pemberontakan dan Perang Riddah
Seperti jilatan api,
cepat sekali pemberontakan itu menjalar ke seluruh jazirah Arab begitu
RasuluUah wafat. Berita pemberontakan ini sampai juga kepada penduduk Medinah,
kepada mereka yang berada di sekeliling
Abu Bakr setelah mereka mcmbaiatnya. Mereka sangat terkejut. Berselisih pendapat mereka apa yang
hams diperbuat. Satu golongan
berpendapat, termasuk Umar bin Khattab, untuk tidak mcnindak mereka yang
menolak membayar zakat selama mereka tetap
mcngakui, bahwa tak ada tuhan selain Allah dan Muhammad RasuluUah. Dengan begitu barangkali mereka
menghendaki agar tidak banyak musuh yang
akan dapat mengalahkan mereka. Allah tidak
memberikan janji kemenangan kepada mereka seperti yang diberikan kepada RasuluUah. Juga vvahyu sudah tidak
diturunkan kepada siapa pun lagi setelah
Nabi dan Rasul penutup itu berpulang ke rahmatullah. Tetapi Abu Bakr tetap bersikeras, mereka yang
menolak merabayar zakat dan murtad dari
agamanya harus diperangi. Dan itulah Perang Riddah1 (1 Riddah sebuah istilah dalam sejarah Islam,
dari akar kata radda, irtadda, "bcrbalik ke bclakang", dalam istilah
fikih "meninggalkan keyakinan, agama dsb." (Bd. Qur'an 3. 86-91; 16.
106 sqq). Orang yang melakukannya disebut murtadd seperti yang dikcnal dalam bahasa Indonesia. Perang riddah
berarti perang melawan kaum murtad.' —Pnj.) yang telah menelan waktu sctahun lebih.
Perang Riddah itu
tidak hanya melibatkan ratusan orang dari pasukan Khalifah dan ratusan lagi
dari pihak lawan, bahkan di antaranya
sampai puluhan ribu dari masing-masing pihak yang terlibat langsung dalam pertempuran yang cukup scngit itu.
Ratusan, bahkan ribuan di antara kedua
belah pihak terbunuh. Pengaruhnya dalam sejarah Islam cukup menentukan. Andaikata Abu Bakr ketika
itu tunduk pada pihak yang tidak
menyetujui perang, sebagai akibatnya niscaya kekacauan akan lebih meluas ke seluruh kawasan Arab,
dan kedaulatan Islam tentu tidak akan
ada. Juga jika pasukan Abu Bakr bukan pihak yang menang dalam perang itu, niscaya akibatnya
akan lebih parah lagi. Jalannya sejarah
dunia pun akan sangat berlainan.
Oleh karena itu,
tidaklah berlebihan ketika orang mengatakan, bahwa dcngan posisinya dalam
menghadapi pihak Arab yang murtad discrtai kemenangannya dalam menghadapi
mereka itu, Abu Bakr telah mengubah arah sejarah dunia. Tangan Tuhan jugalah
yang telah melahirkan kebudayaan umat
manusia itu dalam bentuknya yang baru.
Pengaruh kemenangan Perang Riddah
Kalau tidak karena
kemenangan Abu Bakr dalam Perang Riddah, penyerbuan ke Irak dan ke Syam tentu
tidak akan dimulai, dan pasukan Muslimin pun tak akan berangkat dengan
kemenangan memasuki kedua imperium besar
itu, Rumawi dan Persia, untuk kemudian digantikan oleh kedaulatan Islam di atas
puing itu juga! Kebudayaan Islam telah
menggantikan kedua pola kebudayaan itu.
Lagi, kalau tidak karena Perang Riddah, dengan gugurnya sahabat-sahabat sebagai syahid yang
memastikan kemenangan itu, niscaya tidak
akan ccpat-cepat Umar menyarankan kepada Abu Bakr agar Qur'an segera dikumpulkan. Karena
pengumpulan inilah pula yang menyebabkan adanya penyatuan bacaan menurut
dialek Mudar pada masa Usman. Dengan demikian, Qur'an adalah dasar yang
kukuh dalam menegakkan kebenaran,
merupakan tonggak yang tak tergoyahkan
bagi kebudayaan Islam. Selanjutnya, kalau tidak karena kemenangan yang diberikan Allah kepada kaum
Muslimin dalam Perang Riddah itu, jangan-jangan Abu Bakr belum dapat menyusun
suatu sistem pemerintahan di Medinah, yang di atas sendi itu pula kemudian Umar
menggunakan asas musyawarah. Polanya keadilan dan kasih sayang, intinya
kebajikan dan ketakwaan.
Inilah
peristiwa-peristiwa agung yang telah dapat diselesaikan dalam vvaktu singkat, tak sampai dua puluh
tujuh bulan. Barangkali karena waktu
yang sesingkat itu pula yang menyebabkan sebagian orang
sampai merentang jarak begitu panjang hingga pada masa Umar,
dengan anggapan bahwa jika hanya dalam beberapa bulan saja tidak akan cukup waktu orang melakukan
pekerjaan-pekerjaan besar yang sampai
mengubah jalannya sejarah dunia itu.
Kalau saja mereka
ingat, bahwa beberapa revolusi yang telah
membawa umat manusia dari suatu kcadaan kepada keadaan yang lain
selesai dalam waktu seperti itu, dan bahwa hukum alam sedikit demi scdikit tunduk pada prinsip-prinsip
revolusi untuk meningkatkan umat manusia
mencapai kesempurnaannya, tidaklah akan cepat-cepat mereka beralih dari masa revolusi rohani
seperti yang dicetuskan olch Rasulullah
ke seluruh dunia itu, ke kedaulatan Islam yang sudah tersebar ke scgenap penjuru dunia dan sudah
juga menganut revolusi itu. Mereka tidak akan lama-lama berhcnti hanya
sampai di situ, ketika orang-orang Arab
itu mencoba hendak mengadakan pcrlawanan
sebagai reaksi atas ajaran yang
dibawa oleh Muhammad. Hal ini sudah menjadi bawaan manusia di mana dan kapan pun
tatkala mereka hendak melawan setiap prinsip baru. Mereka
mencoba memadamkannya, tetapi Allah akan
tetap menyempurnakan cahayanya walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya.
Hubungan kebesarannya sebagai Khalifah dengan
kebesarannya sebagai Sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar